18.25

Koen Salah Kaye

"Kurueng Baja"



Diantara pekikan nyiur yang melambai ayu, matahari pun dengan gagahnya semakin memercik bara cahaya, segerombolan elangpun terus mengepak sayap kembali keperaduan. Pantaiini semakin gersang, bangkai-bangkai kapal nelayan masa lalu bagai ranting tuayang tak habis dibakar masa, deru ombak semakin pilu merintih, seolah luka tua terus memburu bersama daratan.

Gadis berkerudung putih itu, berbaju hitam lusuh, bersarung merah kumal tak beralas kaki yang sejak tadi menyisir pantai tiba-tiba menoleh kearahku yang terlanjur terus memerhatikannya dari kejauhan. Wajahnya tetap ayu meski gurat sendu tak bisa tertutup juga, ada lubang dimatanya yang seolah meredam seribu gemuruh, membuat jantungku sedikit tertahan berdetak, namun ada hal yang paling membuat aku risih yaitu hidungnya, mancung. Mengigatkan aku pada sosok 'terindah' sekaligus 'terkeji' dalam hidupku, yang menjadi ladang aku lahir didunia, entah siapayang menanam benih.

Gadis itu semakin mempercepat langkahnya, tanpa sadar aku kehilangan jejaknya. Siapa "dara" itu....

***



Hari ini hasil pencarian kami benar-benar tak mendapat apresiasi menarik dari publik modal,terbukti dengan penawaran yang setengah dari harga biasanya. Dalam sepekan terakhir ini hasil tangkapan nelayan didaerah ini sedang sangat membanjir, maka sudah menjadi hal yang wajar jika hargapun mengalami penurunan. Hal ini biasanyaterjadi jika musim timur tiba, karna memang letak geografis daerah kami inihanya membutukan musim timur untuk mendapatkan hasil yang banyak selain jikabulan gelap tiba, atau biasanya diawal-awal bulan hijriah dan akhir-akhir bulanhijriah, namun kali ini sangat aneh, sudah berbulan-bulan hasil tangkapan kamiterus membanjir tak mengenal jadwal. Sebenaranya ini rahmat, tapi ketika aku melihat elang-elang selalu mengintari kami, firasatku terlanjur berbisik lain,bukan aku tak bersyukur. Ini benar-benar diluar kebiasaan.

Banyaknya ikan seharusnya roda perekonomian pun semakin maju, tapi kali ini kenyataanya sangatironis. Setelah hasil tangkapan ikan kami dipindahkan ke raga-raga[1],urusan pendistribusian berikutnya diatur oleh orang-orang yang sudah menunggu kedatangan kami berhari-hari didarat. Konsep dagang blo siploh peu bloe sikurung didalam rueng ta cok laba[2]dan sudah pasti pemegang keuntungan terbesar adalah mereka yang yang mempunyai modal besar. Konsep Adam Smith, tak perlu susah-susah dipelajari, bermuluk-mulukdengan kata-kata dibuku, seiring waktu memang hasrat manusia yang cenderung matrealisme dan hedonisme dapat dengan mudah kerasukan teori dagang kapitalisme, apapun alasannya, ini realita yang kaya akan terus kaya, yang miskin akan terus miskin jika ini terus-menerus mengakar, apalagi akarnya rizombium, menjalarnya sangat mudah dan cepat.

Siapa yang mempunyai langkah panjang, teknik menglobi yang lihai, uang awal yang banyak.Mereka bisa langsung menjumpai kami selepas kami memarkirkan boat kami dipancang[3],kemudian menukat uang dengan ikan kami. Kami memang harus pasrah kemana hasil tangkapan kami akan mereka bawa dan berapa harga yang mereka jual, karena mustahil kami juga yang turun untuk mendistribusikannya.

Sudah kebiasaan kami hasil penjualan ikan ini, setelah aku bagikan kepada awak-awak boat ku,yang sudah bersama-sama denganku berhari-hari menantang malam, bersetubuh dengan angin laut, dan membiarkan matahari menertawakan kami di pagi hari, tak heran jantung pun terus dikelitiki oleh ombak, apalagi jika lumba-lumba muncul, karena katanya lumba-lumba adalah hewan laut yang sangat baik hati dan akan memberi aba-aba pada manusia jika akanadanya bahaya, dan kami pun harus waspada jika nantinya sekali-kali waktu Tuhan menyentil boat kami, kami tenggelam, dan keesokan harinya segerombolan orangmengerubungi jasad, bangkai kami pun kami akan membuat panik orang di kampungentah berantah itu. Ini memang konsekuensi bagi kami, bagi awak-awak kapal kumemang ini pilihan hidup mereka untuk dapat menyambung nyawa istri dan anaknyadidarat, rela mereka menyerahkan hidup kelaut yang walaupun Tuhan ciptakan nyata tapi tetap penuh misteri. Tak ada kepastiaan hidup disini ketakutansebenarnya sangat nyata dengan tak ada satupun diantara kami yang bisaberenang, kami hanya bisa satu gaya renang yaitugaya batutenggelam. Plung. Innalillah.

Tapi kata awak kapal ku, inibagian dari ibadah mereka, apapun yang akan terjadi nantinya mereka sudah pasrahkan diri selama ini adalah jalan yang halal dan Tuhan pun ridha terhadap pekerjaan ini

Aku memang tak sepenuhnya sama tujuan dengan awak-awak kapalku. Aku bebas, jangankan punya istri atau anak, ibu bapak pun aku tak punya. Aku tak pernah tahu dimana ibukudan siapa bapakku, tepatnya aku sudah tak ingin lagi tahu dimana mereka. Umurkumemang termasuk muda, berkepala dua setengah pun belum, seharusnya aku takperlu menyerahkan keperawanan jasadku pada ketidak pastian alam, laut. Tapi ini boat ku, aku beli dari uang yang aku sendiri tidak pernah tahu dari manaasalnya. Sebelum aku berpisah dengan keluargaku, maksudku ibuku, ia menitipkan beberapa lembar kertas dan nama seseorang, tanpa sempat bertanya lebih lanjut kemana ibuku akan pergi. Kertas-kertas itulah kemudian tersulap menjadi uang-uang yang sangat banyak. Akhirnya selama delapan tahun berikutnya pun aku memulai drama kehidupanku seorangdiri.

***



Teringat delapan tahun silam...

Malam itu tepat pukul 02.08 Wib, seperti biasa aku masih menunggu ibuku pulang, menyakitkanmemang jika mengigat siapa aku sebenarnya, lewatlah sebuah mobil mewah menembus batang-batang bambu kuning didepan rumahku dan kemudian berhenti tepat dipintu rumahku, sudah hal biasa jika yang keluar dari sana adalah ibuku dan setiapkali dia pulang seolah dunia mengutukku dengan tusukan duri-duri racun namunaku tetap tak bisa berbuat apa-apa, tapi malam ini ada yang lain, raut wajah ibuku cemas sangat jelas terlihat diwajah yang sebenarnya tanpa ditampal bedak tebalpun sudah cantik, kali ini wajahnya tidak merekah seperti biasanya, bukanaku tak pernah berontak dengan sikap dan perkerjaannya ini, pulang tengah malam dengan belang-belang yang berbeda setiap malamnya. Sebagai anak laki-laki aku selalu merasa terhinakan disaat tak bisa berbuat apa-apa pada orang yangkucintai ini.

Harusnya aku sudah bisa membantu membiayai kehidupan keluarga kami (yang memang hanya ada aku danibuku), usiaku 14 tahun bukan usia kecil lagi kan? Dibandingkan membiarkan ibuku terus menerus berada dalam cengkraman belang bernafsu elang. Tapi dengarkan apa kata ibuku "..aku lakukan ini semua bukan tidak ada tujuan, kau harus sekolah tinggi, dan mengaji agar kau tahu cara berdoa yang mungkin kau bisa membantuku sedikit nantik ketika dineraka..hahhah...Dan kau harus tetap sadar bahwa harga diri itu tidak cukup dengan uang, jaditak perlu kau turut mencari uang. Kau lihat aku, aku seperti ini bukan mauku,kau harus buka mata dan pahami bahwa tak ada wanita yang ingin menjadi dan diperlakukan seperti aku dengan ikhlas, aku tahu ini dosa, aku biarkan Tuhan bebas merajamku selamanya dineraka, asalkau tak ikut terjilat sedikitpun, jadikau harus berilmu. Sudahlah jangan banyak tanya lagi, sudah hampir magrib ini,mana sepedamu, ambil ini uang bebrapa lembar kemudian berikan pada tengku[4]mu.."

Aku memang disekolahkan ditempat yang bagus ketika itu, namun tak ada yang tahu indentitasku, walaupun namaku sering berubah-rubah namun tetap tak ada yangcuriga, tak ada seorang pun yang bertanya siapa nama ayahku, aku tak mengerti mengapa ibuku bertindak seperti itu. Dengan uang yang dia punyadan kecerdikannya aku benar-benar bisa menikmati dunia pendidikan. Akupun tinggal didaerah yang tak ada tetangga seorang pun, jauh dari bisik-bisik radiobergigi, dan adalah hal biasa didaerah ku tinggal jika seorang perempuan menghidupi keluarganya seorang diri, ini adalah hal yang lumrah, mengingat konflik yang aku sendiri tak pernah tahu kapan akan berakhir dan juga konflik ini membuat anak laki-laki tak bisa bertahan lama hidup, aku pernah berfikir,fir'aun telah muncul lagi dijaman modern ini, dan menyuruh membunuh laki-laki.Entah bagaimana wajah fir'aun modern itu. Karena pembunuhan kali ini tidakhanya menggunakan senjata, namun termasuk didalamnya pembunuhan karakter, akupun tak yakin aku akan bisa hidup sampai menikmati hari tua.

Rumahku tepat diujung jalan setapak bekas peninggalan belanda, masih belum terjamah program pembangunan pemerintah, tepat dibalik pohon bambu kuning yang sengaja ibukutanam sebanyak-banyaknya, aku tak mengerti maksudnya padahal dibalik itu adatanaman mawar dengan beragam warna, bukankah itu lebih indah untuk dilihat. Inipikiranku, beda dengan pemikiran perempuan ini yang sangat kukuh dengan pendiriannya. Sekali A tetap A. Terserah benar atau salah, selama dia mengambil keputusan dia akan konsisten dengan itu. Jangan harap bisa kita ubah. Walau akhirnya yang dia dapatkan adalah rugi. Ibaratnya sihet bek tapi roe bah mandum[5]

Aku dipaksa untuk terus bersekolah, memenuhkan otakku dengan ilmu. Pagi hari aku pergisekolah menuntut ilmu dunia, sore sampai malam hari aku belajar agama didayah[6]dikampung seberang, yang santrinya tidak hanya berasal dari kampung itu saja,namun juga dari berbagai daerah, karena memang ini adalah pesantren yang didirikan oleh seorang ulama besar yang sempat menjadi qadhi pada masa pemerintahan putridari Sultan Iskandar Muda, ia adalah ulama pertama yang mengizinkan perempuan menjadi pemimpin tertinggi negara.

Sebagai ulama besar tasauf yang sudah menuntut ilmu diberbagai wilayah islam didunia ia pastipunya alasan khusus mengapa ia mengizinkan Safiatuddin menjadi ratu dinegaraIslam

Selama aku menuntut ilmu disekolah atau dayah, aku termasuk murid yang cepat menangkap pelajaran jangan heran jika aku sempat menjadi produk akselarasi pendidikan.Aku dengan cepat bisa menamatkan sekolah dan sempat melanjutkan nya kebangku perkuliahan, jika bakan karena sesuatu hal, mungkin hari ini aku sudah sarjana.

Masih kental dalam ingatanku kejadian malam itu, malam terakhir aku melihat ibuku, dia pergi dengan titipannya, dan malam itu adalah malam terakhir aku melihat wajah menornya. Pesan terakhirnya jangan pernah mencoba mencari dia karna itu akan membuat masa depan didunia ku suram, dan jangan pernah mencari dosa karna aku pastitidaka akan sanggup menahan kesuraman akhiratku. Ibuku memelukku terakhir dan kemudian buru-buiru pergi dengan keringat dingin yang terus menguncur diwajahnya dan bau amis darah tercium dihindungku, ada apa ini sebenarnya.

Dia pergi..

Sudah delapan tahun ini aku benar-benar tak pernah mencari tahu tentangnya, aku benar-benar jijik padanya yang selalu membiarkan dirinya dibelai oleh para belang-belangtolol yang tidak bisa memanfaatkan hartanya dengan baik, memang kelas ibukubukan kelas rendahan, rata-rata yang menjemputnya adalah mereka para penguasa yang sering terlihat di media-media entah dari golongan pekerjaan apa tapi yang jelas mereka punya uang banyak tapi kasihan, istrinya pasti selalu sibuk berkarirhingga suaminya mencari ladang lain. Aku pernah baca profil-profil istripejabat, pengusaha atau orang penting lainnya, rata-rata memang bukan perempuan biasa. Tapi benar-benar luar dari kebiasaan bersikap sebagai istri.

Ah entahlah...

Aku tak mau terlalu jauh berspekulasi, ibuku selalu bilang ketika ruh perempuan ditiup kejasadnya tak pernah ia meminta untuk hidup sebagai pelacur. Ini sudah takdirkatanya, Tapi menurutku, selama aku belajar walaupun takdir harus dijalani oleh manusia, tidak menutip kemungkinan nasi bisa berubah. Aku pernah menghafal sebuah ayat yang artinya " Allah tidak akan merubah suatu kaum jika mereka tak merubahnya sendiri"

Aku benar-benargerah, aku mununtut ilmu siang malam, aku tinggal di daerah syariat yang harumnya mendunia, tapi kenyataan sangat tak sipadan. Pelacuran disini memang sudah ada sejak zaman penjajahan dulu, tapi entah mengapa penghinaan terhadap negri syariat itu semakin menjadi-jadi. Termasuk apa yang dilakukan ibuku.

Ibuku pernahmelanjutkan kata-katanya, "para kaum adam diciptakan sebenarnya untuk melindungi kaum hawa, tapi sekarang mereka malah memanfaatkan hawa yang lemah sebagai sarana penyaluran birahinya, kau harus ingat nak, jangan pernah memanfatkan perempuan!! Apalagi mereka yang berada disituasi terhimpit ekonomi,imamnya tipis, ilmunya sedikit, kau harus sayangi mereka. Ibu mu ini memang sudah sangat-sangat kotor...jangan kau ikuti, cukup dengarkan apakata tengku dan guru mu,, ingat! Jika kaupunya istri kelak jangan terlalu kau korek masa lalu dia, tapi kau harusmembantu menompang dia untuk masa depan yang lebih bermartabat, atau jika kaubertemu dengan perempuan lemah, jangan kau injak-injak lagi mereka! Andaikata adaperempuan kuat, tak perlu kau kira mereka akan menyaingi mu.. kau harus tahuhanya saja mereka tak ingin ditindas! Kau jaga baik-baik anak perempuanmu,sumpal otak mereka dengan ilmu agama!! Jangan lengah atau kau akan benar-benar menyesal untuk kedua kalinya. Setelah terlahir dari rahimku..."

Aku sempat berfikir apa yang terjadi ini bukan murni salah perempuan seperti ibuku, karena sebenarnya laki-laki jauh lebih salah dengan memanfaatkan perempuan sepertiini, tidak seharusnya memang permasalahan pelacuran itu hanya dibebankan pada perempuan, bukan hanya mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas penghinaan negeri syariat ini.

Kembali aku teringat pada "dara" dipantai kemarin, ada apa dengan dia, mengapa wajah ayunya begitu sembab, sendu, mengapa kakinya terlalu haus berjalan terlalu cepat. Aku memang talk pernah dekat dengan perempuan selain ibuku, tapi ini bukan berartiaku tidak akan mendekati perempuan itu, percayalah aku ikhlas, aku ingin membantunya menghapus sembabnya agar dunia tahu bahwa dia benar-benarmempesona..

Aku tahu ibu kubukan tidak bisa keluar dari semua itu, tapi ia memang tak punya penompang yangkuat. Dunia yang gelap bukan dunia yang tak memiliki lampu.Aku sayang ibuku.

Aku membayangkan ini semua tidak akan pernah terjadi, seandainya tidak ada mitos permasalahan keperawanan pada perempuan, sedangkan keperjakaan tidak penah dipersoalkan, andai takpernah ada asumsi bahwa perempuan yang sering diluar rumah apalagi malam hari adalah perempuan tak baik, sementara laki-laki tak pernah dipersoalkan.Stigmasi dan diskriminasi. Akupun pasti tak akan penah terlahir dari rahim pelacur. Mungkin ibuku frustasi dengan hal-hal seperti itu. Namun aku tak juga ingin terlalu membenarkan dia, karena memang iman dan taqwa ibuku yang lapuk,rapuh. Disaat dihancur, melacur adalah solusi menurutnya.

Dalam hidupku tak akan aku biarkan ada lagi perempuan yang tersiksa seperti ibuku. Aku tahu mereka makhluk lemah, tapi mereka harus tetap sadar bahwa mereka bisa untuk tak membuat diri sehina itu selama mereka punya kemauan yang kuat dan keyakinan bahwa hidup bukan sebatas pelampiasan amara dan nafsu.

***



Andai aku bisa berjumpa lagi dengan "dara" itu. Aku harap aku bisa memaafkan ibuku, yang selama ini telah aku peti matikan yang selama hidupku, karena sudah menoreh hikayat menjijikkan dihidupku. Aku tak mengerti perempuan. Yang rela menjual diri demi aku katanya, tapi haruskah ini menjadi jalan terakhir, apakah memang tak ada jalan lain. Benarkah kata-katakoen bak kaye yang han tem timoh, kadang cit tanoh kurueng baja[7], inibukan kemauan dia.

***



Senja ini dibawah payung langit,aku tahu banyak sayap-sayap kalian yang patah

Lalu hilang arah tuk sekedar menetap diri

Bangkai-bangkainya pun terlanjur dikerubungi elang buas penuh birahi

Tapi aku tak yakin sebegituburamnya takdir

Andai mereka coba sedikit sajamembuka mata

Tak biarkan diri dicakar-cakar hingga wajah seolah tak bernyawa lagi

Pasti tak ada cahaya yang hilang

Tak perlu menangisi kodrat, takperlu mencaci hasrat, tak pelu mendekam diri, kalian harus tahu siapa kalian!!

Digenggaman kalian negri ini tegak berdiri

Jangan terlalu lemas mengenggam!Karna jika roboh kami dan kita semua akan terjepit

Jangan pula terlalu keras kau cengkram, aku takut kau lupa diri dan sewaktu-waktu kau akan lelah dan semuaakan terabaikan dengan sendirinya.

Semua bisa jika bersama

Dengarkan janjiku duhai kaca yang berdebu

Akan aku ajarkan pada mereka cara membersihmu

Sangat tolol mereka yang terlalu keras membersihkan, karna kau akan cepat retak

Tapi betapa bodohnya lagi disaat mereka terlalu lembut, tak sadar kau akan tergores, kabur, keruh





Lampulo, 11 Ramadhan1431 H

"Kurueng Baja"

Meutia Yusuf

[1]Keranjang ikan

[2]Maksudnya mengambil keuntungan dalam kerugian

[3] Tempat pemberhentian ikan, hampir sama dengan pelabuhan.

[4] Orang yang berilmu agama, disini adala mereka yang mengajar mengaji

[5] Artinya jika sudah maju tidak pantang mundur

[6] Tempat belajar ilmu agama, sama seperti pesantren.

[7]Kesalahan yang bukan murni disebabkan satu alasan

0 komentar: