20.29

Pray from Aceh To Japan

*Tulisan ini ditulis dalam rangka membantu warga Jepang yang sedang dilanda musibah, Tsunami, dan akan dikirim ke Jepang bersama bantuan-bantuan materil dan moril dari rakyat Aceh ke Jepang dalam " Pray From Aceh To Japan".Semoga bermanfaat dari segi psikologis.


“Jak beulage awak Jeupang bacut,,!!” sederet kalimat perintah yang diucapkan nenekku, aku tak tahu pasti apakah ia sudah pernah ke Jepang atau belum, ataupun setidaknya berjumpa dengan orang-orang Jepang. Karena dalam kenyataan kesehariaannya nenekku dan juga nenek-nenek orang lain yang ada di Aceh sering menyebutkan kata-kata Jepang dalam ucapannya, dan kata-kata initerus diikuti oleh anak-anaknya, cucu-cucunya, bahkan cicit-cicitnya.

Termasuk hari ini disaat nenek menyuruhku mengangkat jemuran karena tiba-tiba saja hujan turun. Secara eksplinsit memang “jak beulage awak Jeupang bacut,,!!” artinya adalah “jalan seperti orang jepanglah dikit,,!”, namun jika dikaji secara eksplinsit artinya adalah nenek menyuruhku untuk bergerak segera mengambil jemuran, lebih bersemangat, serta lebih cepat, lebih serius, lebih gesit. Secara cultural memang masyaraka Aceh sengaja menggunakan kata “orang jepang” untuk menjadi standar semangat dalam berkerja walaupun mereka sempat menjajah negrinya.

Aku bisa melihat ini bukan hanya sekedar kata, karna walaupun mereka adalah mantan penjajah negriku, namun aku pernah ditompang oleh mereka, tepatnya tujuh tahun lalu. Beberapa bulan setelah Aceh luluh lantak karena Tsunami, yang menghabiskan hampir separuh Tanoeh Riencong, tak terkecuali rumahku dan keluargaku. Aku mengira ini adalah akhir dari kehidupan yang berakhir dengan keadaan yang benar-benar tak wajar, karna aku masih hidup dan itu artinya aku harus berdiri lagi, sendiri diantara puing-puing reruntuhan dan mayat-mayat saudara-saudaraku.

Ternyata dugaan aku salah, aku masih punya mereka yang peduli, mereka yang punya mata hati, mereka yang punya uluran tangan panjang yang mau menompang aku dan juga sisa-sisa amuk tsunami. Salah satunya adalah mereka yang merupakan ciptaan Tuhanku yang berasal dari negri matahari terbit, Jepang.

Aku pernah bersama mereka, menjadi salah satu tongkat untukku bangkit, memapahku untuk bersama-sama membangun Acehku, difraksi semangat tak henti-hentinya datang dari mereka untuk ku dan teman-temanku di Aceh untuk terus bangkit dari berbagai keterpurukan, fisik maupun non fisik, semangat untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan, karna hidup bukan untuk kembali kemasa lalu, tetapi masa depanlah yang sedang menanti kita, masa lalu akan menjadi sejarah dan cambuk kita untuk terus bangkit membangun masa depan.

Tahun ini aku tak menyangka Tuhan kembali bertitah pada tsunami, salah satu kuasanya, untuk menyapa Jepang, meluluh lantakkan kota-kota yang ada di Jepang. Ingin rasanya aku kesana, membantu mereka saat ini juga.

Tapi aku yakin, Jepang akan lebih tegar dariku, lebih kuat dariku. Seperti pesan-pesan nenekku, untuk coba mencontohi mereka, Jepang. Jepang yang kami kenal adalah Jepang dengan semagatnya.

Sebuah semangat kebangkitan.

Semangat itu akan selalu ada pada mereka yang yakin bahwa Tuhan menciptakan matahari yang tak akan pernah kenal kata lelah, apalagi menyerah untuk kehidupan, untuk tetap terang dalam berbagai keadaan. Seperti sebuah firman Tuhan ku yang artinya “Bukankah subuh itu sudah sangat dekat.” (Qs. Hud: 81), artinya akan selalu ada sinar yang akan memancar kesenangan, kebahagian, dan kejayaan kepada kita. Seperti pagi dengan mentari yang akan membebaskan malam yang pekat dengan kegelapan.

Musibah dan kesedihan memang bagian dari kehidupan kita, ini merupakan hukum Tuhan yang akan terus berlanjut, apalagi kita tahu bahwa dunia ini bukan tempat yang akan selamanya kekal, bisa jadi hari ini kita membawa berita kesedihan, tapi esok siapa tahu, bisa saja kita yang akan menjadi bahagian dari berita duka tersebut.
Tuhan tidak lupa pula menciptakan ketegaran dan sabar, yang akan mengiring kita untuk membuka mata bahwa segala yang ada dialam ini akan selalu menuntut kita untuk menyadari bahwa Yang Mengambil adalah Yang Memberi.