tag:blogger.com,1999:blog-45232843176750939032024-02-20T01:07:59.617-08:00Maulidar Yusuf AtjehAssalamu'alaikum......
Saboeh langkah dari uloen tuan munuju mimpi..
lewat kata loen meurangkai, semoga langakah sabe lam berkah..Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.comBlogger42125tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-12886270807904755012012-05-02T18:18:00.006-07:002012-05-02T18:43:11.734-07:00Dia Yang Mengurung Api Dalam Kepalanya<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtnWDTwxGlnRgmY7iqNJph_mpB6rAEwoTz2qZD5aMNbXI4EFIpBVe3iCYRfDM7e3Mhd8-COtqcs3S3J_0BIHX8CocyoNSnLuyVICG_fitbEFjQdCSrnfgUhLZEMahI1qv4eSRoqD4-QcQ/s1600/IMG_4659.JPG"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 240px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtnWDTwxGlnRgmY7iqNJph_mpB6rAEwoTz2qZD5aMNbXI4EFIpBVe3iCYRfDM7e3Mhd8-COtqcs3S3J_0BIHX8CocyoNSnLuyVICG_fitbEFjQdCSrnfgUhLZEMahI1qv4eSRoqD4-QcQ/s320/IMG_4659.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5738114511020920786" /></a><br />Bukan pagi yang tak berharap mentari ada, tapi dia yang tak ingin panas datang.<br />Hampir beberapa abad terlewati, banyak rahasia yang terkuak dibalik topeng<br />Keanggunan hanya jadi sajak palsu, tuk tuai kerusuhan<br />Dia bilang aku tak mengerti, aku jawab dia yang tak peka<br />Dia bilang aku tak pahan, aku sadar aku bodoh<br /><br />Sekam menggunung, menunggu api, terkurung dalam kepala<br />Jangan bilang tinggal menunggu waktu, karna aku tak punya banyak waktu<br />Tak ada yang berharap semua terbakar, sia-sia perjalanan<br />Seteguk menelan kebencian, jutaan gelombang api datang<br />Tahan, hidup bukan hanya untuk ini<br />Meski asap tak henti-henti datang, seolah menanti dalam harap semua berakhir<br /><br /><br />Jangan pikir tembok tinggi tak bisa terpanjant, hanya saja saja tak ada yang mau<br /><br />Ku nyanyikan saja tembang lama tuk hibur hati sambil menanti angin tenggara<br />Abai luka dan kesal agar nyenyak tidur terasa, pagi cerah pasti menanti <br />bersama Biru laut dan hijau daun <br />Aku tak rela kacau menghampiri, meski sekarang tlah datang, tak sanggup ku usirMaulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-75057247490187081222012-02-20T18:18:00.000-08:002012-02-20T18:24:10.985-08:00Wajah Baru di Negri Syariat<span style="font-weight:bold;">Oleh: Maulidar Yusuf A </span>(29 Januari 2012)<br /><br />Simbol syariat Islam kembali tegoncangkan, kali ini dengan adanya kabar akan dibangunnya Best-Westren Hotel disamping Mesjid Raya Baiturrahman. Banyak kalangan yang menolak pembangunan hotel berstandard internasional tersebut disamping Mesjid Raya tersebut, karena ditakutkan akan mengaburkan kekhasan nuansa islami di Aceh.<br /><br />Mesjid Raya adalah citra islami tertinggi yang ada di Aceh dan segaligus telah menjadi trend mark dari kota Banda Aceh sendiri. Sebagai salah satu mesjid termegah di Asia Tenggara, mesjid Raya telah membawa nama Islam di Aceh tersebar keseluruh pelosok negri. Mesjid yang dibangun pada tahun 1022 pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda ini sudah ada sejak dulu menjadi penegas akan kharisma islam di Aceh. Meskipun mesjid ini hanya sebatas symbol Islam, namun symbol inilah yang akan selalu menyadarkan kita akan keberadaan Islam disisi kita, meskipun keadaan zaman terus berubah. Tidak bisa pastikan apakah rasa hormat terhadap keislaman akan tetap ada jika adahal lain yang lebih menantang dan berpengaruh berada disampin asset peninggalan Islam dunia ini.<br /><br />Pembangunan Best Westren Hotel disamping mesjid raya adalah tantangan terbesar bagi keberadaan symbol Islam termegah di Aceh jika kita melirik sekilas apa itu Best Westren Hotel. Best Western Hotel adalah salah jaringan perhotelan Internasional yang bepusat di Amerika Serikat, dan kondominium Best Western Internasional merupakan jaringan hotel internasional terbesar di dunia dengan kepemilikan 4.000 hotel.<br /><br />Berdasarkan pemberitaan dari berbagai media saat ini, pemrintah Kota Banda Aceh sendiri telah mensahkan pembagunan hotel berbintang yang memiliki 14 lantai dengan ketinggian 42 meter dilokasi Geuta Plaza dulu, posisinya tepat 300 meter dari Mesjid Raya Baiturrahman. Best Western Hotel di disamping Mesjid Baiturrahman. Hotel berbintang berlantai 14 dengan ketinggian 42 meter akan dibangun di Banda Aceh yang lokasinya dibekas Geunta Plaza atau tepatnya 300 meter sebelah tenggara Masjid Raya Baiturahman yang akan menelan investasi Rp200 miliar.<br /><br />Meskipun konsep yang digunakan adalah konsep islami, seperti membangun jembatan yang menghubungkan hotel dengan mesjid raya, sehingga penginap di hotel bisa secara langsung menuju ke Mesjid Raya dan melaksanakan shalat tahajud. Islami dengan hanya shalat tahjud? Banyak kalangan mengangap itu hanyalah polesan nama “islam” agar masyarakat tidak memandang negative. Secara real kita bisa melihat bagaimana system Hotel Internasional yang telah berkembang diberbagai wilayah, jangan lihat terlalu jauh, hari ini saja di Aceh pun sudah ada hotel yang berstandar internasional namun sayangnya kekuatan otonomi khusus terhadap pemberlakuan syariat islam seolah tidak mengetarkan pelanggaran syariat yang terjadi dihotel-hotel tersebut.<br /><br />Belum lagi dengan adanya pendirian Mall disampingnya, semua orang turut mempertanyakan bagaimana nasib penjual di Pasar Aceh? Secara otomatis mereka harus bersaing dengan pelanggan yang lebih memilih berbelanja di Mall, hal ini disebabkan trend berbelanja di Mall karena pengaruh pemikiran agar lebih terlihat modern meskipun hanya menguntungkan pemilik modal dan menggelapkan Pasar Aceh sebagai salah satu warisan sejarah Aceh yang menjadi sumber ekonomi masyarakat. Mengapa pemerintah saat ini mementingkan kepentingan korporasi dan pedagang besar<br />Dari kalangan perempuan sendiri, penulis juga ingin mengungkapkan sebuah kekhawatiran besar terhadap akan meningkatnya peluang prostitusi yang identik oleh <br />PSK di Seramoe Mekkah. Meskipun hal ini bukan hanya karena pembangunan Best Western Hotel, melirik pada realita penyebab meningkatnya prostitusi di Aceh saat ini yang tidak hanya disebabkan oleh kalangan perempuan sendiri. Betapa banyak peluang yang disediakan berbagai pihak secara langsung atau tidak untuk peluang prostitusi di Aceh selain himpitan ekonomi disamping kurangnya pengetahuan agama bagi masyarakat Aceh meskipun telah lama menyandang kata “islami”. <br /><br />Setiap hotel memiliki aturan tersendiri, apalagi hotel berbintang. Fasilitas hotel berbintang yang menyediakan fasilitas-fasilitas yang juga sangat memiliki pengaruh besar terhadap syariat islam sendiri. Bagaimana fasilitas ini nantinya bisa ditahan kepada pengunjung, bukankah mereka sudah membayar mahal untuk menikmati setiap fasilitas yang disediakan. Kita juga bisa membandingkan dengan kenyataan yang telah terjadi pada salah satu hotel berbintang di Banda Aceh, meskipun kecaman telah datang dari berbagai kalangan terhadap keberadaan pub di hotel tersebut agar ditutup, namun faktanya sampai saat ini belum ada tindakan tegas dari pihak-pihak yang memiliki wewenang untuk itu. Lantas, haruskah kita membiarkan lagi pengadaan Hotel berbintang yang memiliki peluang besar menyediakan tempat-tempat maksiat, apalagi rencananya akan dibangun tepat di sebelah tenggara Mesjid Raya Baiturrahman. <br />Ibarat pepatah Aceh yang mengatakan “meujoe ta pula pade naleung pasti djitimoh keudroe, tapi miseu tapula naleung peukeuh ek mungken pade dji timoh keudroe?” (kalau kita tanam padi, pasti rumput akan tumbuh sendiri. Namun apakah jika kita menanam rumput, padi akan tumbuh?). Singkatnya, apakah jika hotel islami di sediakan maka akan memungkinkan pengetahuan islam meningkat pada masyarakat?. Padahal disaaat meningkatnya degradasi moral yang berakibat pada munculnya berbagai macam konflik saat ini, dukungan terhadap pembangunan fisik dan non-fisik untuk pengetahuan keislaman adalah hal ter-urgent agar konsep islami bisa hadir dengan sendirinya. <br /><br />Pembangunan Nasional memang hak semua warga Indonesia, namun jangan sampai mengabaikan khasanah-khasanal lokal yang berakibat hilangnya identitas kedaerahan apalagi keagamaan Kearifan local hanya akan menjadi kenangan. Untuk itu penulis, mewakili suara masyarakat Aceh menghimbau kepada pemerintah untuk lebih arif dalam mengambil kebijakan. Bukan maksud menolak pembangunan di Aceh, namun banyak sekali pertimbangan yang harus dilihat dari berbagai aspek.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-68959353418380696732012-02-20T17:32:00.000-08:002012-02-20T17:40:17.446-08:00Bukti Cinta Sang Sultan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPvBbZ2Ipk4ISEuOH60y3rmlHi_4HBGQ0lQgDNUS3JgkK31mIRp2Xrq3wRXG09_zpQKP-fj3oQgPq_9PogCz6_uT97OpRy463Htx0iqnKh394I9kaaWAKiEwuJ6tLl5oWGMaN1s-U42JY/s1600/IMG_3619.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPvBbZ2Ipk4ISEuOH60y3rmlHi_4HBGQ0lQgDNUS3JgkK31mIRp2Xrq3wRXG09_zpQKP-fj3oQgPq_9PogCz6_uT97OpRy463Htx0iqnKh394I9kaaWAKiEwuJ6tLl5oWGMaN1s-U42JY/s320/IMG_3619.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5711397490419326978" /></a><br />(Gunongan, pinto khop, Peterana, Balai, Pinto Khop dalam lingkaran Taman sari/gairah)<br />Oleh : Maulidar Yusuf A<br /><br /><br />Tersebutlah dalam kitab Bustanul Salatin (Taman raja-raja) yang ditulis oleh seorang ulama besar dimasa kerajaan Aceh Darussalam diabad XVII M, ulama yang sangat jaya dimasa pemerintahan Iskandar Thani, yaitu Nuruddin Ar-raniry. <br /><br /> <br />Tepat ditengah kota terdapatlah taman seluas 1.000 depa lebih. Taman yang sangat indah, dihiasi berbagai jenis bunga dan bangunan-bangunan berukir, namanya Taman Sari Gunongan, sering disebut juga Taman Gairah. Taman terindah dimasa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. <br /><br />Alkisah, disebutkan bahwa taman ini adalah symbol kekuatan cinta Sultan kepada pemainsurinya yang cerdas dan cantik jelita, Putri Pahang (Putro Phang). Putri dari negri seberang ini merasa kesepian ditengah kesibukan suaminya sebagai kepala pemerintahan. Tak jarang ia pun rindu terhadap pengunungan yang ada dikampung halamannya,Pahang, sebuah tempat yang telah berhasil ditaklukkan oleh Sulthan Iskandar Muda(1607-1636). Sang suami memahami kegundahan hati pemainsurinya, ia pun membangun sebuah gunung kecil (gunongan) sebagai miniature dari perbukitan yang mengelilingi istana Putro Phang di Phang. <br /><br />Gonongan tersebut saat ini terletak di Jalan Teuku Umar berhadapan dengan kuburan serdadu Belanda yang gugur dalam Perang Aceh (1873-1942), yang juda dikenal dengan sebutan kherhoff. Dulunya didaerah tersebut terdapat Medan Khairani yang merupakan sebuah padang luas dan diisi dengan pasir dan kerikil, dikenal dengan nama kersik batu pelinggam. <br /><br />Bangunan yang dibangun 17 Abad silam ini bersegi enam, tidak terlalu besar, berbentuk seperti bunga bertingkat tiga dengan tingkatan utamanya sebuah mahkota tiang yang berdiri tegak. Berdasarkan teks dari kitab tersebut kiranya dapat diketahui pada dasarnya bangunan Gunongan itu berdiri dengan tinggi 9,5 meter, menggambarkan sebuah bunga yang dibangun dalam tiga tingkat.<br /><br />Tingkat pertama terletak di atas tanah dan tingkat tertinggi bermahkota sebuah tiang berdiri di pusat bangunan. Keseluruhan bentuk Gunongan adalah oktagonal (bersegi delapan). Serambi selatan merupakan lorong masuk yang pendek, tertutup pintu gerbang yang penyangganya sampai ke dalam gunung. Pada dindingnya terdapatlah sebuah pintu masuk berukuran rendah, dan didalamnya ada tangga menuju tingkat tiga gunongan. Ada beberapa peninggalan sejarah yang terdapat didaerah tersebut.<br /><br />Dalam pengkisahan secara turun temurun, Hoesein Djajadiningrat mengatakan, untuk mengecat bangunan gedung Gunongan tersebut masing-masing penduduk diperintahkan untuk memberi satu colek (saboh cilet) kapur untuk pewarnaan seluruh bangunan itu.<br />Dalam Bustanul Salatin, jelas disebutkan mengenai Taman Sari, yang terletak dipusat kota Banda Aceh ini, taman dengan rekayasa tatanan lingkungan serta bangunan-bangunan seperti gunongan, kandang(kuburan kerabat Sulthan), penterana batu berukir, serta pintho khop. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">Peterana batu berukir</span><br />Tepat didepan kiri gunongan, terdapat sebuah batu berbentuk silinder berornamen kerrawang motif jala yang dikenal dengan Peterana Batu Berukir. Kursi Batu ini berdiameter 1 m dan tinggi 0.5 m, dan bagian tengahnya berlubang, dan sisis utara berbentuk trap semacam tangga dua tingkat. Sekeliling peterana batu berukir berhiaskan arabesque berbentuk motif atau jaring jala., Peterana itu digunakan Putro Phang untuk tempat mencuci rambut. Dulunya gunongan ini dulunya terdapat dalam rangkaian taman sari.<br /><br />Peterana batu berukir berfungsi sebagai tahta tempat penobatan sultan. Belum diketahui dengan pasti nama-nama sultan yang pernah dinobatkan di atas peterana batu berukir tersebut. Bustanus as salatin menyebutkan ada dua buah batu peterana, yaitu peterana batu berukir (kembang lela masyhadi) dan peterana batu warna nilam (kembang seroja). Namun yang masih dapat disaksikan hingga saat ini adalah peterana batu berukir kembang lela masyhadi yang terletak bersebelahan dengan Gunongan dan berada di sisi sungai.<br /><br />Namun, ada yang beberapa sumber lisan mengatakan paterana ini adalah tempat Putro Phang mencuci rambutnya yang dibantu oleh dayang-dayangnya. Tak ada kepastian yang jelas dalam hal ini.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Kandang</span><br />Dalam komplek Gunongan tersebut juga dikatakan terdapat Kandang Baginda. Kandang Baginda ini merupakan sebuah lokasi pemakaman keluarga sultan Kerajaan Aceh, di antaranya makam Sultan Iskandar Tsani (1636-1641 M) sebagai menantu Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) dan istri Sulthanah Tajul Alam (1641-1670).<br /><br />Bangunan kandang berupa teras dengan tinggi 2 m dikelilingi oleh tembok dengan ketebalan 45 cm dan lebar 18 m. Bangunan ini dibuat dari bahan bata berspesi kapur serta berdenah persegi empat dengan pintu masuk di sisi selatan. Areal pemakaman terletak di tengah lahan yang ditinggikan. Konon lahan yang ditinggikan pernah dilindungi oleh sebuah bangunan pelindung. Pagar keliling Kandang mempunyai profil berbentuk tempat sirih dengan tinggi 4 meter.<br /><br />Pagar ini diperindah dengan beragam ukiran berbentuk nakas, selimpat (segi empat), temboga (seperti hiasan tembaga). Mega arak-arakan (awan mendung) dan dewala (hiasan serumpun bunga dengan kelopak yang runcing dan bintang_seperti teratai), merupakan hiasan. Pada kolom tembok keliling berupa arabesque berbentuk pola suluran mengikuti bentuk segi empat.<br /><br />Mega arak-arakan yaitu hiasan arabesque berupa awan mendung yang dibentuk dari suluran sebagai hiasan sudut pada bingkai dinding. Dewamala merupakan hiasan yang berbentuk menara-menara kecil berjumlah dua belas buah di atas tembok keliling terutama di bagian sudut, berbentuk bunga dengan kelopak daunnya yang runcing menguncup. Menurut sumber bangunan ini dibuat oleh orang Turki atas perintah Sulthan.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Lima unit Balai</span><br />Didalam tulisan Boy Nashruddin Agus, pemerhati sejarah Aceh juga disebutkan dalam Taman Ghairah juga dibangun lima unit balai dengan halaman pada tiap-tiap balai beserta teknik pembangunan dan kelengkapan ragam hiasnya. Balai merupakan bangunan panggung terbuka yang dibangun dari kayu dengan fungsi yang berbeda-beda.<br />Balai-balai tersebut antara lain Balai Kambang yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan. Kemudian Balai Gading yang berfungsi sebagai pelaksanaan kenduri, Balai Rekaan Cina tempat peristirahatan yang dibangun oleh ahli bangunan dari Cina, Balai Keemasan tempat peristirahatan yang dilengkapi dengan pagar keliling dari pasir dan Balai Kembang Caya. Sayangnya, balai-balai yang disebutkan dalam kitab Bustanul Salatin saat ini sudah tidak ada yang tersisa.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pinto Khop</span><br />Bangunan lain yang terdapat dalam Taman Ghairah ini adalah Pinto Khop (Pintu Biram Indrabangsa) yang secara bebas dapat diartikan dengan pintu mutiara keindraan atau kedewaan/raja-raja. Di dalam Busatanul Salatin disebut dengan Dewala.<br />Untuk menghubungkan kompleks istana dengan taman terdapatlah sebuah pintu gerbang yang bernama pinto khop. Pintu ukir ini, memiliki lebar 2 m, panjang 2 m, setra tinggi 3 m, terletak tepat ditengah Sungai Darul Asyiki. Langit-langitnya atau rongga pintu berbentuk lengkungan busur dengan ukiran barat-timur. Lalu, ornamenn-ornamen yang menghiasi bangunan ini juga didominasi oleh motif sulur-suluran. Bagian atapnya memiliki tiga tingkatan, dengan ornament dalam bingkai-bingkai. Puncaknya adalah mahkota dengan sudut meruncing. <br /><br />Atap bangunan yang bertingkat tiga dihiasi dengan berbagai hiasan dalam bingkai-bingkai antara lain; biram berkelopak (mutiara di dalam kelopak bunga seperti yang ditemukan juga pada bangunan Gunongan) dan bagian puncak dihiasi dengan sangga pelinggam (mahkota berupa topi dengan bagian puncak meruncing).<br />Bagian atap merupakan pelana dengan modifikasi di empat sisi dan berlapis tiga. Pada sisi utara dan selatan dewala ini berkesinambungan dengan tembok tebal (tebal 50 m dan tinggi 130 meter) yang diduga merupakan pembatas antara lingkungan Dalam (kraton) dengan taman. Namun, lagi-lagi dikemudian hari tembok tersebut tidak diketemukan lagi akibat pembangunan tata ruang kota Banda Aceh.<br /><br />Dugaan sementara, tempat ini merupakan tebing yang disebutkan dalam Bustanul Salatin dan bersebelahan dengan sungai tersebut. Dengan adanya perombakan pada tata kota Banda Aceh dikemudian hari, Pinto Khop akhirnya tidak berada lagi dalam satu komplek dengan Taman Sari Gunongan (taman ini juga telah berubah dari arsitektur semula seperti yang digambarkan dalam kitab Bustanul Salatin).<br /><br />Bangunan Pinto Khop dibuat dari bahan kapur dengan rongga sebagai pintu dan langit-langit berbentuk busur untuk dilalui dengan arah timur dan barat. Bagian atas pintu masuk berhiaskan dua tangkai daun yang disilang, sehingga menimbulkan fantasi (efek) figur wajah dengan mata dan hidung serta rongga pintu sebagai mulut.<br /><br />Komplek Gunongan pernah di eskavasi (penggalian kepurbakalaan) oleh tim dari Direktorat Purbakala, Jakarta yang dipimpin oleh Hasan Muarif Ambary pada tahun 1976. Banyak ditemukan kepingan-kepingan emas didaerah tersebut yang kemudian dibawa kemeusium Nasional Jakarta dan sebagiannya lagi di Meusium Aceh, namu tidak bisa dipastiakn berapa jumlah kepingan-kepingan emas tersebut. Selain itu juga terdapat sebuah keranda berlapiskan emas. Diperkirakan, keranda tersebut adalah milik Sultan Iskandar Thani, menantu Sultan Iskandar Muda.<br /><br />Kompleks Gunongan ini adalah salah satu bukti kejayaan Aceh dimasa silam, mengenang sejarah gunongan bukanlah semata-mata membuat kita larut dalam euforia masa lalu, namun juga menjadi semangat bagi kita semua untuk melestarikannya dan berusaha terus menciptakan peradaban baru.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-70882121619355039462011-12-14T05:56:00.000-08:002011-12-14T05:57:51.209-08:00Ada Titipan “Miniatur Nuh” Diatas Rumahku(Refleksi Tsunami, 26 Desember 2004, Antara azab dan ujian, diangkat dari kesaksian pemilik rumah dibawah boat, Lampulo)<br /><br />Ingatkah kau kawan? Tentang romantika berabad-abad silam, ada cinta disana, ada luka disana, ada lara disana. Saat bahtera akan berlayar, ada cinta terpaksa dipangkas. Aku rasa, bukan karna terlalu panjang, namun karna Tuhan tak ridha.<br />“Selamat tinggal sayang. Aku tetap harus berlayar tanpa kalian” kata Nuh penuh derai air mata“Kering sudah air dimulutku mengiba, kini terpaksa ku harus ikhlaskan, air dari Tuhanku menjemputmu sayang, kalaupun aku harus menangis, aku berharap tetesan –tetesan ini tak akan menambah arus gelombang yang akan menyelimuti malam dan hari terakhir kalian, istriku, anakku. Terlambat sudah” rintih Nuh.<br />Terpaksa Nuh mengiba, dan mengadu pada Tuhannya “Ya… Tuhanku, Dan sesungguhnya setiap kali menyeru mereka untuk beriman agar Engkau mengampunin mereka, namun mereka memasukkan anak jari mereka ketelinganya, dan menutup bajunya ke wajah mereka dan tetap mengingkari dan menyombongkan diri. (Q.S Nuh :7)” <br />“Tuhanku,, berbagai cara telah ku lakukan, tapi mereka tetap tak mau membuka sedikit mata hati mereka, terhadap Engkau yang menciptakan langit yang berlapis-lapis, lalu menurunkan hujan yang tak hanya dari langitpun Engkau mampu. Mereka lupa duhai Tuhanku, tak cukup titah penghambaan dariku pada mereka untuk-Mu,, kalam-Mu tak cukup untuk mereka sadar, Engkaulah yang harus disembah…!! Mereka sepertinya butuh azab-mu”<br />“ Selalu aku berkata agar mereka memohon ampun pada Tuhan-mu, sungguh, Dia Maha Pengampun, jika tidak niscaya Dia akan menurunkan hujan lebat dari langit kepadamu,(Q. S. Nuh 10-11)”<br />“ Ya Tuhan-ku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku.(Q.S . Nuh:21)”<br />Bahtera itu pun akhirnya berlayar, berhari-hari, berminggu-minggu. Lihatlah kawan, apa ini?! Saudaraku, Lihatlah!<br />***<br />Minggu 26 desember 2004, telah menjadi hari yang sangat bersejarah bagi masyrakat dunia, khususnya di Aceh, dan tak terkecuali Abasiah atau sering dipanggil Buk Abes. Tak pernah ia bayangkan akan datang gempa berkekuatan 8,9 skala richter. Gempa yang membuatnya tak bisa berdiri apalagi berjalan. Namun saat itu ia sedang tidak berada dirumah namun dikawasan Lamdingin, sontak ia langsung teringat anaknya, tak ada hal lain kecuali anak-anaknya.<br /> “Saya langsung teringat anak-anak saya, namun saya teringat kata-kata ustadz bahwa ini pasti bukan kiamat, karena jika kiamat terjadi seorang ibu yang sedang mengandung sekalipun tak mungkin lagi teringat anak-anaknya. Namun saya masih memikirkan anak-anak saya, apalagi suami saya sedang berada diluar kota. Sayapun langsung pulang kerumah” Ungkap bu Abes. Tak berselang lama dari kejadian gempa seorang warga berteriak air laut naik, tanpa pikir panjang Bu Abes menarik anaknya (Agin, Ghazi, Yanti-anak angkat-, Thoriq, dan Zafla) untuk naik kelantai dua, air laut terus naik.<br />Tampak dari jendela boat-boat ikan mendekat kearah rumahnya setelah ditarik mudur kebelakang lalu dilepas lagi. “Saya jadi teringat kisah Nabi Nuh yang diceritakan almarhum ayah saya dulu, Hasbunallah wanikmal wakil pun tak pernah henti-hentinya saya ucapkan” tegas Bu Abes. Dan tak lama kemudian sebuah boat besar menabrak rumah Bu Abes, dan ada beberapa warga yang juga naik kelantai dua tersebut, mereka langsung naik keatas boat tersebuah dengan tangga yang datangnya entah dari arah mana.<br />Boat tersebut tak lagi bergerak kemana-mana, menetap diatas rumah Bu Abes. “Sampai pukul 14.30 Wib akhirnya air mulai surut, tak terasa lagi ombang-ambing diatas boat seperti didalam blender, mungkin inilah peringatan Tuhan untuk kita” tambah Bu Abes, dan mengaku iabahwa ada 59 orang warga yang akhirnya selamat diatas boat tersebut, satu diantaranya adalah bayi Ibu Fauziah yang berusia enam bulan. <br />Ketika hendak turun bu Abes dan warga yang selamat diatas boat tersebut kembali tekejut dengan kehadiran tangga untuk memudahkan mereka turun. SUBHANALLAH. Begitu sampai dibawah, bu Abes melihat untuk terakhir kalinya rumahnya yang sudah “diduduki” oleh boat besar. Takut-takut air akan naik lagi dengan segera rombongan meninggalkan Lampulo, dalam genangan air zikirpun tak henti-hentinya terucap dibibir mereka, sambil melewati mayat-mayat dan rerutuhan bangunan gempa dan kayu-kayu yang dibawa air laut yang akhirnya diketahui itu adalah air tsunami.<br />***<br />Ini bukan sekedara kayu lapuk, tuha, bahkan kau kira tah berharga. Ini bukan sekedar pajangan yang kau tonton, bukan sekedar pajangan yang kau masukkan kedalam pigura-pigura perak. Tapi buka mata hatimu. Untuk sepersekian waktu saja beselancar kemasa lalu.. ini mungkin sepersekian dari bahtera Nuh masa silam!<br />Ini bahtera Nuh. Ini miniatur bahtera Nuh! Meski tak seutuhnya sama. Tapi kau harus tahu, Tuhan murka!<br />Ketamakan, keserakahan, kemunafikan, kebohongan, angkuh meraja dibumi Nya. Saban hari, saban waktu angkara semakin tajam menyibak taring! Tanpa belas kasihan. Tanpa malu. Terus bersetubuh bersama nurani<br />Saatnya menginjak! Saatnya memangkas! Seolah itu titah alam yang tertulis didinding-dinding jagat ini, kabur sudah nurani, kabur bersama kejayaan..<br />83 bulan berlalu.<br />Terhadap ikan-ikan yang menggelempar, terjemur tanpa tuan, dedaunan merenggang, pasir-pasir mengangga, dan mayat-mayat berhamburan dari berbagai penjuru, hingga lelah Izrail mencabut nyawa untuk setiap detik seribu nyawa, hingga tak sempat Izrail menata urut siapa pertama yang yang harus berada pada urut pertama kematian. Semua terlalu cepat, tapi kita tahu Izrail bukan malaikat bodoh<br />Dia tahu, lidah mana dalam setengah detik seribu nyawa yang masi basah dengan Asma-Nya.<br />Dia tahu, tuhan-tuhan apa yang kita sembah setiap waktu, dia tahu apa yang pantas untuk kita.<br />7 Tahun, tak cukup untuk kita mencari puing-puing nurani.<br />Diantara puing-puing tsunami yang saban hari mulai tertata lagi.<br />Atau memang air bah, lumpur belerang itu tak cukup untuk menjadi peringatan agar kita utuh merajut jala toleran tanpa anarkis, tanpa tiran-tiran. <br />Atau memang tangis di gubuk-gubuk tua itu adalah nyanyian untuk kita, agar semakin nyenyak terlelap dalam mimpi diatas bantal sutra bersulam emas sulaman cacing diperut mereka,, setiap hari, setiap waktu.<br />Haruskan kita tunggu, miniatur-miniatur Nuh lain tercipta untuk sebuah perubahan, untuk memberi sedikit makan cacing diperut mereka<br />Haruskan tsunami datang lagi, menghibur kita, agar ada goresan damai sehari diatas kertas(lagi)<br /><br />Lampulo, 26 Desember 2011Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-46936257905081074942011-11-10T20:10:00.000-08:002011-11-10T20:11:53.131-08:00School Bullying: Save Our Children, Save Our Generation<span style="font-weight:bold;"></span><br /><br />Written by: Maulidar Yusuf, SID 230919091<br /><br /> <br /><br />Although the red coals at the crease crossed your mind, if emotions are heating your scalp, not even the violence that you give to the helpless child, child abuse is often accompanied by emotional refuge in the name of educating the child discipline SAVE OUR CHILDREN (dr Widodo Judarwanto SpA).<br /><br /> <br /><br />From that quotations this journal will be started, as a prospective teacher I just realized how many problems in this world are concerned about the violence, including violence against children in the world of education. We know that no one wanted the violence to happen. Against anyone, including children.<br /><br /> <br /><br />According to Jack D. Douglas and Frances Chalut Waksler, the term force is used to describe the behavior, either openly (overt) or closed (covert), and whether they are attacking (offensive) and last (defensive), which accompanied the use of force to another person. Therefore one of the acts of violence that often occurs in the world of education is the act of school bullying. In the case of school bullying, violence is not only done by teachers, but also friends. Violence in children but never seemed to escape from everyday life-threatening child survival. Violence in children is mostly done precisely by the people closest to them, especially parents, caregivers, friends, and school teachers. An online survey of 299 people who made "Korando" states, A large respondents or 55.18% (165 people) said it is still often seen and experienced violence against children or teenagers who do parents and teachers. While 74 people, or approximately 24.75% said sometimes and 60 people or 20:07% said rarely<br /><br /> <br /><br />A summary of research on "Conditions and Triggers Violence in Education" written by Drs. Abd. Assegaf Rachman, M. Ag, is Lecturer IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rewritten by M. Khoirul Muqtafa. Supported by the Ministry of Religious Affairs in the framework of Competitive Research conducted by the Directorate of Islamic Higher Education, Ministry of Religious Affairs of Indonesia Year 2002. Stating that need to be reviewed in advance the state of education today, namely the internal conditions and external conditions. Internal conditions are internal factors which directly influence the behavior of the student / students and educators, including violent behavior. While external conditions is the condition of non-education which is an indirect factor for the onset of the potential for violence in education<br /><br />About the violence I have some facts that occurred in a junior high school in Banda Aceh, a gym teacher who was too often punish students because it is not carrying gym clothes, often the teacher is using the hard object to punish students. The other case, an elementary school student who often get the scorn of his teacher who has a weakness in the exact subject, the violence is violence also gained an inner, a pressure in the form of words. Apart from teachers, bullying is also done by fellow students, such as seniority that occurs when the beginning of school, it can occur in the form of hazing or a play of competing groups, in large measure we can find examples of bullying in the fighting between students. <br /><br /> <br /><br />From the above facts could I conclude, there are many things behind the acts the violence against children. The first: frequent the violence against students who do not follow the rules, as usual any violation would get a penalty. However, a lot of penalties obtained outside of the ordinary, this is where the birth act of the violence Second: the imposition of generality ability of students, so the student can not capture the whole matter. Pupils forced to something that does not like or even beyond the limits of his ability, it is not rarely make fear, despair, mental castration. The third: students accustomed to the spectacle the violence, until they do the violence to vent their emotions.<br /><br /> <br /><br />Than there are two main factors of school bullying action, the first factor in the family and environmental education. Later in the education process in schools. Violence is often the case not only physically, but also sexual, psychological, and neglect. If the child is always in a the violence environment, there will be two possible characters are formed. The first character, his soul will try to practice the violence which he obtained, the result will often occur new violence. The second possibility of personal distress, mider, and confidence that allows children who are less desperate and did not develop. School bullying is clear that the action is very detrimental to childhood development This violence can not continue to occur. There are many steps that can be done by educators to address this violence.<br /><br /> <br /><br />First of all an educator must understand the meaning of bullying. This understanding is not just the literal meaning only, but the application, the awareness will happen if a clear understanding. This understanding must occur between the two sides. Teachers and parents, as the most important part in the educational process both these elements have to understand the meaning of bullying and the effects of bullying. Furthermore, for students. Students, understanding for the pupils may be given when a school lesson, for example: in the subjects of language, teach students with language that is not mutually flout fellow, and understanding the dangers of violence in any form we can use some of the to overcome the bias action of this school bullying.<br /><br /> <br /><br />As the concept applying Humanizing of the classroom is coined by John P. Miller focused on the development model of "affective education". Educational model is based on three things: recognize ourselves as a growth process which is and will continue to change, recognize the self-concept and identity, and integrating the awareness heart and mind. Changes made are not limited to any material substance, but more importantly on the methodological aspects considered very humane.Active learning is triggered by Melvin L. Silberman. Inviting children understand what is heard in a systematic and responsible, so it reduces the action brutality and dangerous. Bullying could also be prevented by instilling faith-based education and character education.<br /><br /> <br /><br />All parties must be together to solve this problem. the violence can occur anywhere, the involvement of parents and the playing environment is very influential in dealing with these bullying actions, even the authority of the government also has a large in preventing this crime.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-21366183547189087982011-11-10T20:02:00.000-08:002011-11-10T20:09:13.352-08:00“Tuhan Menjadi Saksi, Aku Masih Suci”Malam ini mungkin aku pulang lagi pukul 02.00, pekerjaanku belum selesai. Tiga pesan singkat dari Ratna, adikku yang dia ingin tahu jadwal pulangaku malam ini, tak bisa aku balas, pulsaku tak cukup lagi. <br /><br />Gerimis mulai membasahi jalan, hiruk pikuk pasar perlahan mulai mereda. Sayup-sayup terdengar suara tawa sekelompok laki-laki yang sedang bermain kartu diujung gang tempat aku berdiri saat ini. Dari kejauhan aku bisa melihat botol-botol minuman, entah apa jenisnya. “sebaiknya kamu pulang saja” sebuah bisikan tiba-tiba menghentikan langkahku. Aku bingung, apakah aku harus pulang, sedangkan aku belum mendapatkan apa-apa malam ini. <br />“[KAK! DIMANA?!!]” pesan dari Ratna masuk lagi, ini yang keempat. <br /> Ratna, adikku, beberapa hari lagi umurnya akan menepati tujuh belas, aku beruntung memilikinya, dia sangat mengerti kondisi kami. Meskipun seiring berjalannya waktu, usia bertambah, dan kebutuhan hidup tak pernah kompromi. Apalagi Ratna telah aku sekolahkan di Sekolah Menengah Akhir ternama dan diakui dari segi kualitas pembelajarannya dikota ini. Aku tak ingin dia yang satu-satunya kumiliki menjadi sepertiku. Semua orang tahu, dia pintar dan juga cantik.<br /><br />Tujuh tahun lalu aku tak sempat lagi mengambil ijazah SMA-ku. Musibah itu telah membuat aku kehilangan segala yang aku punya, termasuk kepercayaan diriku. Saat itu aku merasa langit saja tak lagi memberi ruang untukku, apalagi bumi, tak satupun keluargaku diberi kesempatan berjalan bersamaku lagi, melalui murka laut aku menjadi sebatang kara. Kebahagian yang aku miliki telah usai. <br />Namun ternyata, dugaanku salah! Dua tahun kemudian aku berjumpa Ratna, disebuah tenda kuning bertuliskan CARE, ia sedang sedang bersama belasan anak sebaya dengannya memerhatikan seorang warga asing. Bisa aku pastikan dia sedang mengajari adikku bahasa dari Negara mereka.<br /><br /> Sejak pertemuan itu, ku coba memandang langit, sekilas wajah orangtuaku muncul. Ketika itu pula ruh ku mulai bersahabat dengan jasad. Aku lantas berjanji dalam hati, aku akan menjaga Ratna. Aku tahu Ratna adalah gadis pintar, telah banyak prestasi-prestasi yang diraih Ratna sejak sekolah dasar bahkan hingga saat ini, oleh karena itu aku bertekad akan menyekolahkan Ratna hingga dia menjadi sarjana, berpendidikan yang baik seperti yang diharapkan almarhum bapak dan ibu, dan yang paling penting adalah dia bisa berguna untuk kebaikan orang lain. Sebisa mungkin aku akan membiayainya, agar Ratna tak menjadi sepertiku yang kotor, seperti tempat aku berkerja saat ini. Aku tidak akan menyerah.<br />***<br /><br />“Kak, kenapa sih harus pulang pagi setiap hari? Atau tengah-tengah malam” Tanya Ratna disuatu pagi, sebelum dia berangkat sekolah. Alah, aku tak ingin menghiraukan lagi pertanyaan ini, ini bukan kali pertama pertanyaan seperti ini ia lontarkan untukku.<br /><br />“Kenapa sih kak ga jawab? Kakak kerja apa sih sebenarnya?” dia mengulang pertanyaannya lagi, aku rasa tak ada guna menjawabnya. Namun, Ratna masih berdiri didepanku menunggu aku menjawab.<br /><br />“Buat apa nanyak-nanyak?! Tugas kamu itu sekolah. Tenang aja duetnya halal kok! Aku ga nyuri..!!” jawaban ini keluar dari mulutku dengan nada yang tinggi sambil merapikan pakainku lalu langsung keluar rumah lagi menuju gudang berukuran 4x2, jika dimasa bapak masih ada tempat ini pasti digunakan sebagai tempat penyimpanan barang bekas, saat ini temapt ini kami sulap menjadi kedai kecil, ini menjadi sumber pertama pengisi kantong kami dan biaya Ratna sekolah. Ada beberapa jenis makanan ringan, rokok, serta keperluan yang sering dicari ibu-ibu rumah tangga disekitar kami tanpa harus berjauh-jauh menuju pasar.<br /><br />“Tapi kak, orang-orang disini selalu nanya kakak kemana setiap malam? Kerja apa setiap malam? Dimana? Ratna harus jawab apa kak…?” lanjut Ratna sambil mengiring langkahku. <br /><br /> “Lhoh, aku kan udah bilang, aku pergi kerja..” jawabku datar. “Pekerjaannya apa?” sambung Ratna. “Ratna! Apa urusan mereka? Perlu tahu segala hal tentang kita?! Apa peduli mereka kalau perut kita kosong? Apa peduli mereka kalau kamu putus sekolah?!” jawabku setengah membentak Ratna, adik semata wayangku, “udahlah, cepat berangkat sekolah sana..” Ratna terdiam. Ada tetesan bening dimata yang mulai turun menuju pipi putuhnya.<br /><br />Maafkan kakakmu, tak seharusnya kau menanggung malu seperti ini. Sekolah dan hidupmu harus berlanjut. Abaikan siapa aku.<br />***<br /><br />“Dek, ini berapa harganya?”<br /><br />“Lima ribu aja bu”<br /><br />“Duh mahalnya, tiga ribu aja ya,, kan kamu banyak duit, tuh masukannya tiap malam lancer dari pejabat-pejabat kali ya, hehehe, atau mangkal dimana biasanya nih, hehehe..” celoteh seorang pembeli sambil menyindir halus.<br /><br />Setiap hari aku semakin heran dengan banyak sekali orang yang menyindirku, semakin aku tak menghiraukan, sayup-sayup aku tahu mereka semakin sering membicarakan tentanggku. Bercerita tentang kakak si Ratna yang sering pergi sore pulang malam atau pagi. Namum mereka lupa menyisipkan rasa prihatin terhadap beras dirumahku yang habis, tunggakan listrik yang hampir dua bulan lebih, dan yang terpenting adalah biaya pedidikan Ratna setiap bulan. <br /><br />Padahal beberapa pemuda disini banyak sekali yang tak memiliki pekerjaan, sering berurusan dengan polisi, dan mereka juga sering pulang malam, pagi, bahkan tak pulang berhari-hari entah kemana. Lantas mengapa hanya aku, padahal aku berkerja, mencari nafkah untuk hidup kami, tak pernah perkerjaanku ini mengusik mereka, tapi mengapa mereka sering membicarakan aku, tanpa izin dariku menambah-nambah pernak-pernik negative tentangku. <br /><br />Aku pernah mendengar disuatu surau bahwa dosa para pengumpat lebih besar dari pada penzina, karna pengumpat menyangkut karakter diri orang lain dan pembicaraannya bisa menyebar hingga pelosok pelosok kampung, dan tanpa fakta itu fitnah, fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. <br /><br />Mereka telah mengahancurkan bukan hanya karakterku, namun juga adikku, membuat adikku malu untuk sekedar menganggakat wajah dihadapan mereka, apalagi bergaul. Semua hanya karena ku sering keluar sore, pulang malam atau pagi. Hanya karena aku sering bergulat dengan pekerjaanku hingga pagi datang.<br /><br />Aku memang bekerja ditempat kotor, tempat ini memang tak bersih. Sampah-sampah ini memang sangat menjijikkan. Tapi ini halal!. Menjadi pengais sampah tak pernah dilarang agama. Aku tak mungkin bekerja dipagi hari. Karena jatahku malam, sampah-sampah ini harus diolah pada malam hari dan pagi sampai siang aku harus berjualan.<br />Meskipun tempat aku bekerja didominasi oleh laki-laki, tapi salahkah aku? Aku juga punya kaki dan tangan yang sama jumlahnya. Tak masalah bagiku, asalkan halal. <br /><br />Terlalu banyak didunia ini manusia yang merasa lebih tahu bagaimana seharusnya orang lain hidup, namun sayang tak jarang ia lupa bagaimana cara seharunya menjalani hidupnya sendiri. Tuhan menjadi saksi, aku masih suci.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-5102513947073107612011-07-14T00:45:00.000-07:002011-07-14T00:55:25.264-07:00*My little quote*Tahun ajaran baru, anak-anak sekolah pasti membawa buku baru. Buku tulis yang masih bersih, belum ada tulisan apa-apa. Masih putih polos.<br /><br />Sebuah buku tulis dapat diibaratkan dengan kehidupan kita. Sampul depan adalah hari lahir kita. Sampul belakang adalah hari kematian kita. Lembaran-lembaran dalam buku tulis adalah hari-hari yang kita jalani dalam hidup.<br /><br />Lembaran putihu polos itu bisa saja kita corat-coret dengan pensil aneka warna. Bisa kita isi tulisan rapi. Demikian pun dengan hidup kita. Suatu hari bisa saja kita isi dengan umpatan, cacian dan perbuatan buruk lainnya. Suatu hari bisa juga kita isi dengan hal-hal yang baik.<br /><br />Bagi yang telah mengisi dengan hal-hal tidak baik, dan ingin memperbaikinya tak perlu risau jika tak bisa. Di halaman selanjutnya masih ada lembar putih polos yang dapat kita isi tulisan rapi dan bermanfaat. Jika hari ini anda berbuat tidak baik dan ingin memperbaikinya, jangan khawatir. Esok masih ada hari baru yang dapat kita isi dengan hal-hal yang baik.<br /><br />Bagi yang telah mengisi dengan hal-hal baik, janganlah berbangga hati dulu. Masih banyak lembaran-lembaran putih dibelakang. Teruslah berusaha untuk mengisinya dengan tulisan rapi dan bermanfaat. Jangan tergoda untuk mencorat-coret sembarangan, mengotorinya, apalagi merobek-robeknya. Jika hari ini anda berbuat baik, janganlah lantas ada perasaan sombong dan memandang rendah orang lain. Teruslah istiqomah untuk tetap berbuat baik. Jika ada godaan untuk berbuat tidak baik, segera tepiskanlah.<br /><br />Selagi belum sampai sampul belakang<br /><br />Teruslah berusaha menulis yang baik<br /><br />Selagi ajal belum datang<br /><br />teruslah berusaha menebar kebaikanMaulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-69112794306745007402011-07-11T01:03:00.000-07:002011-07-11T01:13:52.859-07:00Saya Benci (dikatakan) Aktivis GenderJika saat ini banyak sekali gerakan-gerakan seperti organisasi-organisasi kampus, non-kampus, serta organisasi masyarakat sipil lainnya, namun masih belum terlihat relasi dengan perubahan di local, nasional dan bahkan internasional. Mengintip pada kolom oraganisasi yang ada di Aceh, yang semakin lama semakin menjamur, namun sayangnya permasalahan di masyarakat tetap belum terbaca dari perspektif lingkungan, demokrasi, HAM dan gender. Serta kondisi masyarakat dirasakan semakin dalam ketertindasan. <br /><br />Terlebih lagi disaat mengigat sedikit kisah masa lalu tentang pembunuhan-pembunuhan misterius, penangkapan se-enak perutnya oleh serdadu dan penyiksaan sebagai kesuka-riaan di kamp-kamp militer yang dimulai akhir 1980-an. Perampasan tanah rakyat oleh cukong yang dibeking brimob di Kuala Batee. Represi dan penyiksaan pemilih pasca pencoblosan di waktu pemilu 1987 dan 1992 di seluruh Aceh. Tentunya masih banyak lagi daftarnya, belum dibaca dari perspektif HAM dan demokrasi. Organisasi masyarakat sipil yang memiliki afiliasi ke partai politik masih melihat (seandainya mereka mengetahuinya) hal itu sebagai kenormalan hidup bernegara di Aceh. <br /><br />Melihat fonomena seperti ini, hati siapa yang tak tergerak demi sebuah perubahan, meskipun kecil namun namun hanya bergantung pada satu kepentingan: Lillahita’ala. Namun, sangat disayangkan disaat sedikit saja mulut ini terkuak, sedikit demi sedikit angin berhembus mengibas sekaligus mengiris hati. Saat dikatakan “ini dia ni aktivis gender’, padahal “apa pasaiii????”.<br /><br />Saya tak suka jika dikatakan saya adalah “aktivis gender” atau “aktivis feminism” atau aktivis lainnya yang mengarah pada persoalan perempuan saja, yang seolah-olah aktivis penentang kodrat, setidaknya begitulah citra yang terbentuk dikebayakan orang, karena, diakui atau tidak, kebanyakan orang memiliki pola pikir yang tergiring terun temurun, yang terbentuk dari dari lingkungan, dan yang terkhusus keluarga. <br /><br />Jika dikaji dari kacamata lingkungan, terdapatlah adat, yang terbentuk dari tingkah laku keseharian warga yang kemudian kewajaran atau tidaknya menjelma menjadi takaran nilai, moral. Adat ini menjadi hukum social yang sangat unic, karena walaupun tak tertulis, adat ini menjadi ikatan yang sangat kuat, yang mengikat nilai-nilai kewajaran dalam lingkup social kemasyarakatan, sehingga tak jarang keluarga, yang merupakan unsure social terkecil, sangat kuat memegang hukum adat ini, yang kemudian secara turun temurun dipelihara dan ditanamkan pada pola pikir anggota keluarga, hal ini terus dilakukan agar tidak terjadinya suatu penyimpangan adat yang dapat mengakibatkan sanksi-sanksi social dalam masyarakat. Oleh karena itu terbentuklah sebuah pola pikir yang sama terhadap sebuah kenyataan, tak tekecuali pandangan tentang permasalahan perempuan.<br /><br />Ketidak sukaan saya ini bukan disebabkan karena sebuah ketakutan terhadap sanksi social yang nantinya saya dapat jika saya mendapat julukan “aktivis gender” atau yang sejenisnya. Namun, saya sangat tidak setuju adanya pengelompokann-pengelompokan aktivis berdasarkan unsure kelamin. Karena memang dalam persoalan aktivis yang selalu berkaitan dengan perjuangan tidak pernah dikhususkan berjuang untuk perempuan ataupun laki-laki saja, ini menyangkut tentang perjuangan hak kemanusian yang diberikan Tuhan kepada semua insane yang ada dimuka bumi ini, namun karena ada sisi buruk dari sifatnya manusia hak-hak tersebut sering dilecehkan, demi kepentingan golongan bakhan pribadi. Padahal jelas dalam titah Tuhan mengatakan bahwa tak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, kecuali ketakwaan mereka.<br /><br />Ketika saya banyak berbicara tentang hak-hak manusia, khususnya perempuan, itu artinya saya tidak menuntut perempuan untuk menjadi laki-laki, memiliki hak yang sama dari segala segi. Karena memang walaupun Tuhan telah mengatakan hak setiap manusia adalah sama, Ia juga telah membagi isi alam ini dengan bagian-bagian yang sangat sempurna, tentunya dengan keteraturan yang sangat indah. Aturan-aturan itu semua bertujuaan untuk kesejahteraan manusia itu sendiri dengan bagian-bagian tersendiri yang setiap bagian itu membutuhkan bagian yang lain untuk mencapai kesempurnaan. <br /><br />Didalam agama sendiri tak pernah ada dalil yang turun dispesialkan kepada laki-laki atau pun perempuan, semua memiliki kedudukan yang sama.<br />Saat kita masih berada dalam tempurung besinya, haruskah kita hanya bergulat dalam diskusi menyudukkan kaum-kaum tertentu? Padahal semua memiliki keistimewaan masing-masing, dan berikut juga kelemahannya.<br /><br />Dalam permainan catur saja, ratu adalah kunci segalanya, dia biasa bergerak bebas kekiri, kekanan, kedepan, dan kebelakang, tak ada benteng yang bisa menghalang langkahnya, bahkan dengan keahliannya, poncongpun yang biasanya bergerak miring tak bisa menyingkirkannya. Terkadang apalah artinya raja, meskipun ia memiliki kekuasaan yang luar biasa, namun geraknya selalu tebatas, tak ingin meremehakan sih, namun kenyataan berkata bahwa raja hanya mampu menyiapkan pion-pion sebagai tumbal agar ia tidah tersingkirkan. Raja harus selalu dilindungi, dan langkah perlindungan ini pun tidaklah gratis, banyak sekali prajurit-prajurit penting lainnya yang harus jadi tumbal.<br /><br />Namun, sering sekali keahlian ratu diremehkan, diabaikan, bahwa dengan segala system patriaki atau dengan kata lain laki-laki adalah segalanya, setiap pertarungan ratu tak dilibatkan, namun prajurit-prajurit laki-laki dahulu yang dipaksa menjadi tumbal, entah dimana rasa prikemanusiaan itu, sering sekali ratu harus memaksa dirinya bergerak tanpa izin untuk melindungi rakyatnya yang telah dibantai, bergerak tanpa izin bukanlah hal yang mudah, meskipun niat bersih yang disandang. <br /><br />Pengorbanan sering tak berarti, disaat kesombongan merajai sanubari, disaat kebiasaan menguasai tubuh, padaha belum tentu apa yang sudah menjadi kebiasaan itu adalah suatu kebenaran, sering sekali kebaikan terinjak disaat perasaan dikedepankan, padahal kita memiliki otak yang berisi akal yang Tuhan perintahkan untuk berfikir menimang-nimang mana yang baik mana yang tak baik.<br /><br />Pengaruh alam bawah sadar memang sangat luar biasa, ia selalu tak rela kita keluar dari jalur kebiasaa, bahkan untuk kebaikan sekalipun, dan alam bawah sadarmu juga yang telah membuat kakiku terPASUNG……………………………………….<br /><br />Jika hanya perempuan terlahir hanya untuk mrnjadi seorang ibu, maka begitu kejamnya Tuhan, dalam dunia yang luas ini, Tuhan hanya sedikit memberika ruang pada makhluk jenis tertentu, sangat menyedihkan sekali pandangan seperti ini. Padahal dalam konteks keislaman, islam memandang posisi perempuan sebagai posisi yang paliag penting dalam rumah tangga dan masyarakat sebagai upaya pembentukan generasi islam,Rasulullah SAW,menempatkan posisi ibu yang utama bagi anak-anaknya ,sebagaimana sabdanya yang artinya: <br /><br /> “Abu Huraira berkata:Datanglah seseorang kepada Nabi SAW. Dan bertanya :siapakah yang berhak akan layani dengan sebaik-baiknya? Jawab Nabi SAW :Ibumu. Kemudian siapa /jawab Nabi :Ibumu .Kemudian siapa ? Jawab Nabi :Ibu mu .Lalu siapa lagi ? Jawbab Nabi :Ayahmu.”(Muttafaakun”alaihi). <br /> Seorang ahli pendidikan,Abdullah Nashih Ulwan mengungkapkan,ibu merupakan sekolah. Barang siapa menyiapkannya, ia telah menyiapkan bangsa yang berbibit dan berakar kokoh. Maksudnya bahwa seorang ibu merupakan pendidikan yang mempunyai posisi penting dalam keluarga, terutama sekali kalau dilihat pada saat proses anak berada dalam kandunagan ibu selama Sembilan bulan dan proses menyusui anak setelah melahirkan, mengindikasi bahwa masa awal kehidupan anak di dunia, punya kedekatan yang kuat pada sosok ib. Zakiyah Daradjat dalam bukunya“Kesehatan Mental dalam Keluarga”mengatakan sebagai berikut :<br /><br />Karena orang yang dikenal pertama anak adalah ibunya.Dan ibu itulah yang memberikan pengalaman pertama kepada si anak, apakah pengalaman dilihat didengar atau dilihat ,di dengar atau dirasakannya pada tahun-tahun pertama dari umurnya akan merupakan unsur penting dalam membina kepribadiannya.Jika pengalaman tersebut menyenangkan dan baik pertumbuhan anak, maka unsur positif dan baiklah yang akan memenuhipribadi anak yang tumbuh. Tetapi jika pengalaman tidak menyenangkan dan tidak baik yang dirasakan anak dari ibunya waktu ia kecil, maka unsur negativ dan kurang baiklah yang akan mewarnai pribadi anak yang tumbuh itu dan begitu juga yang terjadi pada lingkungannya.<br /><br /> Untuk mendapatkan generasa yang handal, maka dimulai dari pendidiknya haruslah seorang yang handal pula.Jadi seorang ibu yang handal, haruslah membekali diri dengan keteguhan iman dan berilahmu pengetahuan yang tinggi. Karena di zaman sekarang ini begitu banyak tantangan dan pengaruh-pengaruh yang dihadapi seorang anak.Oleh karena itu, ibu harus memulai dangan mengajarkan anak-anaknya tentang dasar-dasar keimanann dari sejak kecil untuk membantu mereka menjadi manusia yang saleh, kuat imannya dan memiliki pemahaman yang benar tentang agama dan menjadi anggota umat islam yang menyaruh kebaikan dan mencegah ke mungkaran.<br /><br />Dari sini dapat kita lihat betapa islam sangat menghargai perempuan dan saya tidak pernah memaksa diri untuk keluar dari jalur "keperempuanan saya" namun saya sangat menyadari bahwa peran yang dibangun bersama-sama sangatlah penting,artinya banyak peran yang dibutuhkan dalam perubahan moral. Kemampuaanya juga tak bisa diragukan dalam mendidik dan niatnya juga tanpa kepentingan buruk, jadi salahkah dia jika dia untuk belajar, menelusuri lebih dalam semua jejak yang ada disemesta ini, dan selalu mencoba untuk ada dan bersama-sama membangun bangsa ini, apalagi disaat keadaan yang serba huru hara ini.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-50617286549944536342011-05-30T21:51:00.000-07:002011-05-30T21:55:55.975-07:00Meski Cengkraman Tinggal di Ujung JariMeski Cengkraman Tinggal di UjungJari<br /> <br />Benarkah sudah bukan saatnya lagi berfikir arti semua ini, jika memang yang menggangga ini adalah tanah merah sang durjana jahannam, biarlah semua terkurung didalam. Jika memang kemarau datang dan Tuhan tak lagi ulurkan tanggan –Nya. Biarlah semua terkekang pada hakikat semu asal tak menjalar merekah . Biarlah meruah asal tak tumpah.<br /><br />Siapa sebenarnya penguasa kebebasan. Apakah sama adanya seperti ayam, tak ada pencemburu sejati layaknya sang betina meski dia pelaku kejahatan "incest" tak ada hukum yang pernah bisa menjamahnya, atau malah bak sang jantan, sang "exbihitionist", yang menggagahilalu mematuk berulang-ulang kali pada betina seolah itu isyarat cintanya yang terselubung dalam kata "aku tak benar-benar ingin menikahimu".<br /><br />Apa kebebasan itu sebenarnya.Akankah sama seperti elang yang terbang sejak datang pagi menuju mentari tapi bukan untuk membunuh diri.<br /><br />Bagaimana kebebasan itu adanya.Haruskah tak ada tradisi terlangkahi, adat terkangkangi, atau berbagai siklus kehidupan lainnya yang tergagahi. Lahir, makan, uang, mati.<br /><br />Dimana tempat kebebasan bersemanyam. Lantas saat ini yang terlihat air tidak pernah diizinkan terbang keatas. Dan daun basahpun tak pernah dipaksakan terbakar.<br />Mengapa katanya kebebasan dipaksa ada. Bukankah hidup ini ejaan takdir yang tlah dikelola, dirancang, lalu digilir tuk bersama cicipi siang sampai malam bergilir petang.<br /><br />Padahal ada bahagia, senang,bangga, damai menyatu pada satu dimensi, lantas mengapa harus ada kesadaranyang tak mengatasi emosi, hinggap lenyap terbelenggu, terhempas pada dimensi terburuk,hingga tak ada kuas tuk lukis air. Karena memang perjalanan sudah satu garis,satu warna. Gelap. Mau apa kata, jangan sentil apapun yang membuat darahmengalir, andai meruahpun tak ada yang peduli, karna tak selamanya horizontal.<br /><br />Siapa yang akan mengembalikan nyawacinta, setelah seabad lamanya terendam amarah yang berpacu bersaing untuk mendapat jejak Tuhan. Takkala darah itu mengalir ditangan, mengapa jemari tetap tak akan melepaskan, padahal yang kita punya nyawa diujung jari, akan kusumpal luka dengan rambut tergumpal, kubalut dengan sobekan baju dibadan, agar kuncuran darah tak lagi mencari tanah, agar darah beri'ktikaf dipundi sunyi, bersemanyam bersama gua rapuh.Hingga lumut terus menari, biarkan dinding menghijau lapuk bersama zikir,hingga kala gelap datang mencambuk mimpi keluar dari jasad, agar tak ada cakrawala yang tak terjamaah. Hingga ambruk dinding terajam angkara murka, laluterbang menyatu bersama topan, dan keabadiaanpun tiba, rantaipun tak beku lagi.<br /><br />Entah apa arti peran yang dipahami,hingga belukar tak lagi jadi mantra tuk merangkak melintang mimpi. Hidup inipunya kita kawan, memang benar kematian itu lebih indah dan manis dibandingkanpercintaan bersama kemunafikan yang memaksa pisau bermata dua, memang tak sama selisih malam dan siang, bukan rentang gelap-terang yang menjadi cela. Karena memang semua arah ada dua, cawanpun tak sendiri penuh dengan kedamaian dan ketentraman, permusuhan dan kesulitanpun ada dan akan penuh terisi dicawanmisteri.<br /><br />Tapi ini sepertinya permasalahanamanah kawan, bukan kebebasan. Kita ini memang organisme kolektif yang terikatkontrak sejak ruh disumpal kejasad. "Qalu balaa syahidna". Kontrak vertikalpunterbentuk, harusnya menyadarkan kita tak harus terlalu bergantung pada kontrak'baru' horizontal terlalu kuat.<br /><br />Tak seharusnya kerangka kita sajayang dilihat dari stabilitas dan perubahan, karna memang kita sama dengan mereka, semua berpeluang menghancurkan. Bukankah Tuhan pernah berkata "..Tlahterjadi kerusakan dimuka bumi karna ulah dan perbuatan manusia..". Manusiakawan! Manusia. Bukan hanya kita, tapi juga mereka.<br /><br />Tak ada yang lebih hina kawan,karna memang "manyuhinillahu famaa lahuumin mukrimin, innallaha yaf'alu maayasyaa' ".<br /><br />Bukan hanya duri yang terlalu tajammenusuk, karna memang jemari-jemari itu tak pernah membiarkan lepas meski diujungkuku. Lubang-lubang memang telah banyak tersumbat, tapi bukan berarti darah taklagi punya tempat. Tapi kawan, jangan terlalu putih menilai kapas, karena memangdalam hitungan sepersekian menit umur bisa menyusut, dalam sepersekian detik bumi akan menyempit.<br /><br />Kita selau mengharapkan orang lainsopan atas kita, menghargai kita, tapi kita sendiri tidak tahu berapa harga diri itu, jangan salahkan orang lain. Karna sampah pun tidak akan pernah menjadi debu tanpa asap dari dirinya sendiri.<br /><br />Kita tahu kawan, kayupun tidak akanpernah sempurna menjadi mawar jika dilempar begitu saja, hingga yang mereka lihat hanya belukar, penuh duri, hanya akan menjadi beban, agar tak terlalumengusik lalu ditebang agara tak memanjang terlalu jauh dan menahan langkah.Terlalu cepat berlari sebelum dikejar, keindahan pun terabaikan. Ada mawar dibalik belukar.<br /><br />Bersabarlah sedikit saja, menikmati proses ini selagi pagi menetap sebelum senja dan akhirnya "hasbunallah wanikmal wakil"<br /><br />"allahumma inni a'uzubika min hammiwal huzni, wal 'ajzi walkasali, walbukhli wal jubni, wa dhala'iddaini waghalabatirrijaal"<br /><br />Semoga tak ada kisah yang hilang disaat kita menerjang gemuruh dan mereka menghantam badai. Kalaupun nantinya kita sama-sama terjepit disela batu karang, kuharap tak sesempit itu kita menarik kesimpulan. Karna darah yang menguncur terlalu berharga dari merah rekah mawar...<br /> <br /> <br /> Lampulo, Ramadhan 1431 HMaulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-60813454376737699802011-05-30T21:40:00.000-07:002011-05-30T21:44:00.824-07:00“Perempuan Pengusung Peradaban Untuk Bangsa”.“Perempuan Pengusung Peradaban Untuk Bangsa”.<br />Oleh: Maulidar Yusuf<br /><br />Sejak zaman Rasulullah, masalah yang dihadapi kaum perempuan telah mendapat perhatian besar. Prinsip Islam yang mengutamakan keadilan dan kesetaraan ummat manusian, memberikan dorongan kuat bagi perempuan untuk mendapatkan hak-hak yang telah digariskan oleh Allah, disamping kewajiban yang harus dilaksanakan. <br />Dengan mengikuti petunjuk Allah, Nabi Muhammad telah membibing ummat Islam untuk memuliakan perempuan. Norma ideal tentang kesetaraan perempuan dengan laki-laki, dan bagaimana seharusnya relasi antara keduanya, serta kewajiban mereka terhadap Tuhan dan sesame manusia, telah diajarkan oleh Allah, sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an.<br /><br />Namun dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan kesenjangan antara norma ideal yang seharusnya dilaksanakan, dengan sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya maupun pemahaman agama yang patriarkis. Dampaknya terlihat jelas pada pandangan dan sikap yang menempatkan perempuan sebagai makhluk yang lemah, tidak penting (subordinat) dan sekedar pelayanan atau pemuas nafsu laki-laki. Pandangan dan sikap yang merendahkan harkat dan martabat kaum perempuan telah berlangsung sejak zaman sebelum islam datang dan masi berkembang sampai pada masa sesudahnya. Bahkan hal ini sering berlanjut menjadi penidasan-penindasan.<br /><br />Banyak sekali kasus yang kita temui dewasa ini yang merugikan perempuan, disamping kesadaran dari kaum perempuan sendiri yang minim, bahwa mereka sebenarnya mampu menjadi lebih baik dari apa yang sering berkembang dan telah membudaya dilingkungannya, termasuk didalamnya hegemoni laki-laki. Padahal dalam Islam sendiri perempuan selalu didorong untuk berfikir dan bersikap kritis. Sehingga paradigm budaya “fisik” yang unggul pada masa jahilyah, bisa bergantu dengan budaya “akal” yang mengedepankan rasio dan moralitas. Perempuan berhak bersikap kritis, mempertanyakan berbagai persoalan yang bertentangan dengan hak-hak dan moralitas, serta menggugat apa-apa yang dipandang bersebrangan dengan prinsip kesetaraan dan keadilan.<br /><br />Oleh karena kemampuan yang sama tersebut, meski memiliki perbedaan, perbedaan tersebut bukan hal yang harus diperdebatkan, namun haruslah disingkapi dengan arif dan bijak, karena permasalahan perempuan hari ini, bukan sekedar hak dan fungsi saja, tapi juga peran. Bangkitnya sebuah peradabaan suatu bangsa sangat bergantung kepada peran perempuan. Hal ini bisa kita lihat bagaimana perubahan-perubahan yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan dimasa lalu.<br /><br />Telah ada ketetapan dari dulu hingga sekarang peran perempuan memang tidak terbatas dalam ruang domestic semata, perempuan bisa lebih dari itu, selama masih dalam koridor normative dan tidak melawan kodratnya.<br /><br />Terciptanya atau terwujudnya peradaban yang baik adalah cermin dari pembagian peran yang benar terhadap setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Termasuk terciptanya pendidikan yang baikpun tidak terlepas dari pengaruh budaya, ekonomi, social, serta politik suatu wilayah. Hal ini juga sangat bergantung pada peran institusi mikro, seperti keluarga, maupun makro, seperi Negara, yang selalu memiliki benang merah diantara keduanya.<br /><br />Oleh karena itu penulis ingin sedikit memaparkan tentang betapa pentinggnya peran perempuan dalam menciptakan sebuah peradaban, serta pengaruh-pengaruh yang telah diciptakan oleh tokoh-tok perempuan, yang seharusnya menjadi acuan kepada setiap perempuan hari ini untuk berani bergerak dan serius menjalankan perannya, baik perannya kepada Tuhannya, keluargan, dan masyarakat.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Islam dan Peran Perempuan</span><br />Tuhan menciptakan manusia dengan dibekali kekuatan akal serta diiringi kesucian wahyu untuk mencapai kesempurnaan. Di alam ‘azali manusiapun berikrar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi. Manusia bersedia mengemban amanat suci langit untuk menebarkan kebaikan serta mencegah kemungkaran di dunia. Sebuah amanat yang tak sanggup diemban oleh makhluk mana pun. Maka, manusia memiliki konsekuensi untuk membangun diri serta lingkungannya, baik pada lingkup keluarga maupun masyarakat secara luas. <br /><br />Demikian halnya dengan perempuan sebagai salah satu misdaq manusia, tak dapat lepas dari amanat tersebut. Perempuan, sebagaimana laki-laki memiliki tanggung jawab terhadap diri dan masyarakatnya. Dari sinilah, muncul ada tiga peran utama yang dimiliki oleh perempuan. Pertama, peran yang terkait dengan kehidupan individu, yaitu hubungan transendental manusia dengan Tuhannya. Kedua, peran perempuan dalam kehidupan keluarga baik sebagai istri maupun ibu dari anak-anaknya. Ketiga, peran perempuan di masyarakat.<br /><br />Peran terakhir ini, memunculkan dua tesis berseberangan. Di satu sisi, ada sebagian kelompok yang sama sekali menolak keterlibatan perempuan di ranah publik. Kekhawatiran yang kerap kali dimunculkan adalah terjadinya fitnah serta kekacauan peran. Di sisi lain, tak sedikit kalangan yang memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk terjun di masyarakat tanpa adanya pembatasan. Pendapat ini muncul sebagai reaksi terhadap kelompok pertama. Padahal sampai hari ini banyak sekali kita lihat peran perempuan yang sangat berpengruh pada perubahan-perubahan yang berguna untuk masyarakat luas.<br /><br />“Tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dari sisi kemanusiaan. Karena perempuan sebagaimana laki-laki memiliki hak yang sama dalam menentukan masa depannya. Adapun perbedaan yang ada di antara keduanya, tidak mengurangi sisi kemanusiaan itu sendiri”. <br /><br /><span style="font-weight:bold;">a. Peran perempuan dalam bidang <br />b. Peran perempuan sebagai seorang sosok ibu dan proses pendidikan </span><br /> Islam memandang posisi perempuan sebagai posisi yang paliag penting dalam rumah tangga dan masyarakat sebagai upaya pembentukan generasi islam,Rasulullah SAW,menempatkan posisi ibu yang utama bagi anak-anaknya ,sebagaimana sabdanya yang artinya: <br /> “Abu Huraira berkata:Datanglah seseorang kepada Nabi SAW. Dan bertanya :siapakah yang berhak akan layani dengan sebaik-baiknya? Jawab Nabi SAW :Ibumu. Kemudian siapa /jawab Nabi :Ibumu .Kemudian siapa ? Jawab Nabi :Ibu mu .Lalu siapa lagi ? Jawbab Nabi :Ayahmu.”(Muttafaakun”alaihi). <br /><br />Seorang ahli pendidikan,Abdullah Nashih Ulwan mengungkapkan,ibu merupakan sekolah. Barang siapa menyiapkannya, ia telah menyiapkan bangsa yang berbibit dan berakar kokoh. Maksudnya bahwa seorang ibu merupakan pendidikan yang mempunyai posisi penting dalam keluarga, terutama sekali kalau dilihat pada saat proses anak berada dalam kandunagan ibu selama Sembilan bulan dan proses menyusui anak setelah melahirkan, mengindikasi bahwa masa awal kehidupan anak di dunia, punya kedekatan yang kuat pada sosok ib. Zakiyah Daradjat dalam bukunya“Kesehatan Mental dalam Keluarga”mengatakan sebagai berikut :<br /><br />“Karena orang yang dikenal pertama anak adalah ibunya.Dan ibu itulah yang memberikan pengalaman pertama kepada si anak, apakah pengalaman dilihat didengar atau dilihat ,di dengar atau dirasakannya pada tahun-tahun pertama dari umurnya akan merupakan unsur penting dalam membina kepribadiannya.Jika pengalaman tersebut menyenangkan dan baik pertumbuhan anak, maka unsur positif dan baiklah yang akan memenuhipribadi anak yang tumbuh. Tetapi jika pengalaman tidak menyenangkan dan tidak baik yang dirasakan anak dari ibunya waktu ia kecil, maka unsur negativ dan kurang baiklah yang akan mewarnai pribadi anak yang tumbuh itu”.<br /><br /> Untuk mendapatkan generasa yang handak, maka dimulai dari pendidiknya haruslah seorang yang handal pula.Jadi seorang ibu yang handal, haruslah membekali diri dengan keteguhan iman dan berilahmu pengetahuan yang tinggi. Karena di zaman sekarang ini begitu banyak tantangan dan pengaruh-pengaruh yang dihadapi seorang anak.Oleh karena itu, ibu harus memulai dangan mengajarkan anak-anaknya tentang dasar-dasar keimanann dari sejak kecil untuk membantu mereka menjadi manusia yang saleh, kuat imannya dan memiliki pemahaman yang benar tentang agama dan menjadi anggota umat islam yang menyaruh kebaikan dan mencegah ke <br /><br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Pendidikan dan Perempuan</span><br />Pendidikan merupakan usaha pembinaan keterampilan menggunakan pengetahuan atau pengajaran (the art of imparting or acquiring knowledge and habit through instructional as study) yang mencakup aspek jasmani, akal, dan rohani. <br /><br />Secara historis, perintah menuntut ilmu dalam islam tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin (pria atau perempuan). Al Qur’an member kesempatan untuk beramal kebajikan kepada semua dan Allah akan memberikan balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dalam pandangan Allah derajat setiap manusia sebagai seorang hamba adalah sama, yang membedakannya hanyalah kadar iman dan ketakwaannya. Secara konseptual jelas bahwa yang membedakan manusia sesame manusia hanyalah kemampuan mereka mengaplikasi ilmu yang telah dianugerahkan oleh Tuhan untuk manusia, karena manusia diberi kelebihan akal pikiran sehingga dengan akal manusia dapat membedakan yang mana baik dan yang mana buruk, dengan akal pula manusia berbeda dengan binatang. Oleh sebab itu pendidikan semestinya berpegang pada tataran konseptual yang benar sehingga pada tataran aplikasinya tidak keliru. Karena kekeliruan itulah yang sering mengakibatkan permasalahan dalam dunia pendidikan itu sendiri. <br /><br />Pada masa awal perjuangan Islam perempuan memiliki intergritas yang tinggi sebagai seorang yang cerdas . Kecerdasan perempuan pada masa lalu terbukti dalam catatan sejarah seperti saidah Aisyah selaku isteri Rasulullah SAW yang banyak menghafal hadis sampai hari ini tetap dinilai memiliki otoritas yang tinggi.<br /><br />Secara historis, pada periode awal perjuangan penegakan ajaran islam perempuan diberikan kedudukan tinggi dalam mengakses informasi dari Rasulullah Saw, walaupun pendidikan berpusat dirumah, denagan menggunakan system halaqah. Artinya semua pendekatan yang dinereikan oleh Rasulullah semua bertujuan menjelaskan al-quran kepada sahabat termasuk kaunm perempuan.<br /><br />Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami behwa peluang yang ada tidak disia-sia kan oleh perempuan untuk memperdalam ilmu agama islam dengan berbagai cara, oleh karena itu perempuan seharusnya tidak lengah terhadap kesempatan-kesempatan yang terbuka luas untuk menuntut ilmu.<br /><br /> Modal perempuan sangat besar untuk menjadi manusia yang super dalam mekanisme penciptaan imajinasi kreatif. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan perempuan lebih peka terhadap masalah. Ia menjadi cepat dewasa. Namun, struktur sosial yang patriarkal kadang membuat imajinasinya terbatas dalam wilayah kuasa sistem patriarki. <br /><br />Oleh karena ituMaulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-62181688979495623662011-05-30T21:34:00.000-07:002011-05-30T21:40:05.781-07:00Titah Hakim LangitInilah lembar-lembar disaat kemuraman menjadi teman<br />Bukan permasalahan takdir,m maupun keadilan Tuhan<br />Namun adakah Tuhan menjadikan kehidupan sebagai beban untuk manusia?<br />Lantas untuk apa Tuhan menciptakan manusia?<br />Jika hidangan beban, siksaan, anianya menjadi hidangan untuk mereka<br /><br />Inilah detik-detik mulut tak perlu menggangga dan gantikan dengan merantai mata hati<br />Meskipun tahu “Tuhan tak akan merubah satu kaumpun jika mereka tidak ingin berusaha merubahnya sendiri”<br />Malah benarkan semua tingkah, jika kita tejebak dalam arus ketidak adilan Tuhan<br />Terasa terasing, sayup-sayup terdengar “ Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?”<br /><br />Inilah desah-desah terkrisis, yang menati pahatan senja menuju peraduan<br />Celaka, celaka, dan kemudian celaka<br />Sebuah titah dari Hakim Langit, tak ada yang kuasa menolak<br />Lalu tiba saat tak berdaya dalam luka yang terus berputar, harus benarkan bahwa tak akan pernah ada bintang tunggangan yang telungkup, itulah kesabaran, tak akan punya batas.<br />“Sekali-kali Allah tidak mengaruniakan nikmat kepada seseorang hamba, kemudian Dia tarik nikmat itu dan Dia gantikan dengan kesabaran, kecuali Allah gantikan dengan yang lebih baik dari apa yang telah ia cabut darinya”<br />Ternyata………….<br />Dalam lembaran ini hanya ada dua pilihan, tetap merangkak lalu berdiri berlari hingga akhirnya terbang atau berhenti disini tanpa arti.<br /><br />*Dulu kau yang telah membuatku terbangun, mengapa harus sekarang kau jatuhkan aku...................................Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-5084342736461727512011-04-18T20:29:00.000-07:002011-04-18T20:36:57.449-07:00Pray from Aceh To Japan*Tulisan ini ditulis dalam rangka membantu warga Jepang yang sedang dilanda musibah, Tsunami, dan akan dikirim ke Jepang bersama bantuan-bantuan materil dan moril dari rakyat Aceh ke Jepang dalam " Pray From Aceh To Japan".Semoga bermanfaat dari segi psikologis.<br /><br /><br />“Jak beulage awak Jeupang bacut,,!!” sederet kalimat perintah yang diucapkan nenekku, aku tak tahu pasti apakah ia sudah pernah ke Jepang atau belum, ataupun setidaknya berjumpa dengan orang-orang Jepang. Karena dalam kenyataan kesehariaannya nenekku dan juga nenek-nenek orang lain yang ada di Aceh sering menyebutkan kata-kata Jepang dalam ucapannya, dan kata-kata initerus diikuti oleh anak-anaknya, cucu-cucunya, bahkan cicit-cicitnya.<br /><br />Termasuk hari ini disaat nenek menyuruhku mengangkat jemuran karena tiba-tiba saja hujan turun. Secara eksplinsit memang “jak beulage awak Jeupang bacut,,!!” artinya adalah “jalan seperti orang jepanglah dikit,,!”, namun jika dikaji secara eksplinsit artinya adalah nenek menyuruhku untuk bergerak segera mengambil jemuran, lebih bersemangat, serta lebih cepat, lebih serius, lebih gesit. Secara cultural memang masyaraka Aceh sengaja menggunakan kata “orang jepang” untuk menjadi standar semangat dalam berkerja walaupun mereka sempat menjajah negrinya.<br /><br />Aku bisa melihat ini bukan hanya sekedar kata, karna walaupun mereka adalah mantan penjajah negriku, namun aku pernah ditompang oleh mereka, tepatnya tujuh tahun lalu. Beberapa bulan setelah Aceh luluh lantak karena Tsunami, yang menghabiskan hampir separuh Tanoeh Riencong, tak terkecuali rumahku dan keluargaku. Aku mengira ini adalah akhir dari kehidupan yang berakhir dengan keadaan yang benar-benar tak wajar, karna aku masih hidup dan itu artinya aku harus berdiri lagi, sendiri diantara puing-puing reruntuhan dan mayat-mayat saudara-saudaraku.<br /><br />Ternyata dugaan aku salah, aku masih punya mereka yang peduli, mereka yang punya mata hati, mereka yang punya uluran tangan panjang yang mau menompang aku dan juga sisa-sisa amuk tsunami. Salah satunya adalah mereka yang merupakan ciptaan Tuhanku yang berasal dari negri matahari terbit, Jepang. <br /><br />Aku pernah bersama mereka, menjadi salah satu tongkat untukku bangkit, memapahku untuk bersama-sama membangun Acehku, difraksi semangat tak henti-hentinya datang dari mereka untuk ku dan teman-temanku di Aceh untuk terus bangkit dari berbagai keterpurukan, fisik maupun non fisik, semangat untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan, karna hidup bukan untuk kembali kemasa lalu, tetapi masa depanlah yang sedang menanti kita, masa lalu akan menjadi sejarah dan cambuk kita untuk terus bangkit membangun masa depan.<br /><br />Tahun ini aku tak menyangka Tuhan kembali bertitah pada tsunami, salah satu kuasanya, untuk menyapa Jepang, meluluh lantakkan kota-kota yang ada di Jepang. Ingin rasanya aku kesana, membantu mereka saat ini juga.<br /><br />Tapi aku yakin, Jepang akan lebih tegar dariku, lebih kuat dariku. Seperti pesan-pesan nenekku, untuk coba mencontohi mereka, Jepang. Jepang yang kami kenal adalah Jepang dengan semagatnya. <br /><br />Sebuah semangat kebangkitan.<br /><br />Semangat itu akan selalu ada pada mereka yang yakin bahwa Tuhan menciptakan matahari yang tak akan pernah kenal kata lelah, apalagi menyerah untuk kehidupan, untuk tetap terang dalam berbagai keadaan. Seperti sebuah firman Tuhan ku yang artinya “Bukankah subuh itu sudah sangat dekat.” (Qs. Hud: 81), artinya akan selalu ada sinar yang akan memancar kesenangan, kebahagian, dan kejayaan kepada kita. Seperti pagi dengan mentari yang akan membebaskan malam yang pekat dengan kegelapan.<br /><br />Musibah dan kesedihan memang bagian dari kehidupan kita, ini merupakan hukum Tuhan yang akan terus berlanjut, apalagi kita tahu bahwa dunia ini bukan tempat yang akan selamanya kekal, bisa jadi hari ini kita membawa berita kesedihan, tapi esok siapa tahu, bisa saja kita yang akan menjadi bahagian dari berita duka tersebut. <br />Tuhan tidak lupa pula menciptakan ketegaran dan sabar, yang akan mengiring kita untuk membuka mata bahwa segala yang ada dialam ini akan selalu menuntut kita untuk menyadari bahwa Yang Mengambil adalah Yang Memberi.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-68656238724321725442011-03-28T23:21:00.000-07:002011-03-28T23:22:01.150-07:00Kami lemahMerindukan Tuhan kami...<br />Bilamana mungkin kami menjadi budak yang bodoh,<br />Kami enggan mengecup-Nya mesra dalam sujud ini....<br /><br /><br />Merindukan Tuhan kami...<br />Bilamana mungkin kami menjadi budak yang cerdas,<br />Kami bersyukur akan hadiah perasaan cinta dari-Nya...<br /><br /><br /><br />Hidup kami teramat singkat,<br />Kami tak mampu berbuat banyak untuk dunia<br />Kami lemah sebagai pemimpin diri ini. ..<br />Kami terombang-ambing dalam gelapnya khayalan,<br />sedang tangan ini sejak tadi belum bertindak<br />Tuhan, tolong selamatkan ruh kami dalam kuasa cinta-Mu...!!<br />Lindungi jalan kami.....<br /><br />Kami lemah,..<br /><br />12 sya'ban 1431 HMaulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-27626247975742656572011-03-28T23:12:00.000-07:002011-03-28T23:16:51.650-07:00Dimana kau lihat aku, *Rec. International Women's day, todayKau lihat dibajukah?<br /><br />Silahkan, tapi kasihan, yang ku punya hanya kain bekas, kumal, sumbangan orang, sisa pesta, penuh tambalan, dan kemudian ibuku menjahitnya kembali.<br /><br />Kau lihat dikulitkukah?<br />Silahkan, tapi warnanya gelap, kusam, kasar, bahkan mungkin bersisik nyaris seperti…… ah kau saja yang mengatakan seperti apa<br /><br />Kau lihat dimatakukah?<br />Silahkan, rabun, meski sudah ku tambah dua lagi<br /><br />Kau lihat dibibirkah?<br />Ranum? Mimpi itu! Lihat, merahnya hanya bendungan darah, untung saja belum pecah, muncrat ke wajahmu<br /><br />Atau ditangan?<br />Ada apa? Penuh goresan, sayatan pisau, bekas luka yang terajut bersama pinang-pinang yang ku belah setiap petang, kasar dengan kayu bakar yang ku angkut setiap pagi.<br /><br />Atau malah dirumahku, hartaku…? Haha……………..<br /><br />Apa yang kau dapat? Kecuali saat kau datang kerumahku, tak pernah lupa kuberi minum dari sumur yang digali ayahku, Ku beri makan dari padi, upahku menggarap sawah<br />Tapi jangan takut!! Aku jamin Halal<br />Ada bayam dibelakang rumahku, yang ditanam ibuku, Tak akan ambar, ada garam kiriman nenekku, dan ikan yang dikail ayah ku<br /><br />Jangan resah, kau takkan menyesal mengenalku, jika kau masih ingin menghargaiku, memberiku kesempatan mengisi ruang kosong yang memang hakku yang tersebebar dijagat ini, memahami bahwa niatku benar-benar tulus, bukan melihatku sebagai sebagai racun.<br /><br />Dalam gerak statis yang ku punya, pisauku bukan untuk mengiris tampa arah, semua ada arti untuk sebuah peradaban…………<br /><br />8 MaretMaulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-38193575434295630792011-03-28T23:03:00.000-07:002011-03-28T23:11:25.791-07:00Sajak Untuk Nanggroe….Jika ada sajak yang lebih dahsyat dari pada petir<br />Kami ingin menyerap seluruh daya listrik yang dimilikinya<br />Ingin kami gencarkan arusnya diseluluh jagat ini<br />Agar mereka tahu, sedahsyat itu jiwa kami ingin berontak<br />Pada cicit kedidi yang tlah lupa akan sayap yang menerbanginya hingga sampai dilubung padi<br />Pada pinang-pinang kuning yang tak lagi menghargai batang yang pernah bersusah payah merangkak mengalirkan hara<br />Pada seulanga yang lupa kelopak pelindung masa rapuhnya<br />Pada mereka yang tak lagi menganggap ada cinta dalam aksara kami, bukan sekedar mencerca tanpa arah<br /><br />Kamilah para penyair<br />Tak ada susunan aksara menyerah dalam deret yang kami rangkai<br />Tak pernah sekalipun kami berkenalan dengan lelah, meski beribu gunung ranjau tlah kami lalui demi sebongkah batu asah<br />Agar pena kami tetap runcing, tajam<br /><br />Kamilah para penyair<br />Yang senja kami selalu gerah kala putih kau nodai<br /><br />Kamilah para penyair<br />Meski malam rangkang, bantal, selimut kami kau incar, kami tak gentar<br /><br />Kami akan terus berputar hingga poros kami sampai kekerak bumi <br />Kami tetap menjerit dalam lengkingan yang meluruhkan juntai permata dilangit<br />Agar mereka tahudikerak bumi ini ada kejujuran, kearifan, kebijaksanaan, keadilan, kesetiaan, pengorbanan yang tertimbun , lalu berharap seluruh permata langit tertelan ketika luruh<br />Kemudian masuk, mendekam dalam perut, yang perlahan akan mengkristal, dan akhirnya kedamaian terperangkap dijiwa kita semua<br />Inilah maksud kami yang terangkul dalam sajak untuk nanggroe….<br /><br />Tanoeh Riencong, 9 Februari 2011Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-48228987223478440562011-03-07T18:19:00.001-08:002011-03-07T18:42:26.150-08:00Sesuatu Yang Tergantung di Hatimu, Nawaitu (adat Khanduri Laot)Oleh: Maulidar Yusuf<br /><br />“Singoeh bek tuwo beuh! Jangan lupa bawa mangkuk plastic kecil ya dik, biar gampang latihan..”<br /><br />“ok kaak…” koor anak-anak sambil berlari pulang.<br /><br />Pesanku pada anak-anak tari binaanku disanggar agar membawa perlengkapan latihan, kali ini mereka harus latihan ekstra karena akan ada penampilan beberapa hari lagi pada sebuah acara besar di Krueng Aceh, Khanduri Laot. Tarian yang akan dipentaskan adalah tarian ranup lampuan, tarian khas Aceh untuk penyambutan tamu-tamu yang datang dan dalam acara seremonial ditarikan oleh tujuh atau sembilan penari wanita diiringi oleh music “seurunee kale”. Pada akhir tarian para penari menawarkan ranup untuk para tamu sebagai rasa hormat walaupun tidak seorangpun wajib memakannya.<br /><br />“Dek noeng, kamu saja yang belikan ranup dipasar aceh ya..” kata Novi padakku untuk membeli ranup yang akan diberikan oleh para penari kepada tamu undangan yang akan hadir dalam khenduri laot pada hari kamis ini. Ranup adalah sirih yang sering dimakan oleh orang Aceh sebagai daun yang berkhasiat. Secara tradisional digunakan sebagai kunyahan setelah makan dan sering disajikan untuk menunjukkan rasa hormat kepada tamu.<br /><br />“Njoe na kanduri laot uro ameh njoe ” kata ayah. Beberapa hari lagi orang tua kami yang manyoritas adalah nelayan akan mengadakan khanduri laot di Krueng Aceh.<br />“Krueng Aceh ini adalah salah satu sungai yang letaknya sangat strategis yang ada di Aceh, dan sudah menjadi sentral nelayan untuk menangkap ikan sejak masa kerajaan Sultan Iskandar Muda” kata Wak Yan, mantan wakil panglima laot Krueng Aceh yang juga merupakan keturunan nelayan generasi ketiga sejak masa kejayaan kerajaan Aceh. Dalam usianya yang hampir enampuluh tahun beliau masih memiliki ingatan dan wawasan yang sangat kuat tentang khanduri laot dan hal-hal yang berkaitan dengan laut<br /><br />“Di Aceh njoe antara adat ngoen agama hana jeut meupisah ” kata beliau sambil memceritakan sedikit tentang kerajaan Aceh yang jaya sebagai kerajaan dengan kekuatan Islam yang sangat luar biasa, karena dalam semua hal hukum agama selalu menjadi acuan dalam beribadah dan juga menggunakan hukum adat dalam hal hubungan kemasyarakatan selama tidak bertentangan dengan hukum agama dan ini masih tetap digunakan dimasyarakat sebelum adanya hukum negara dan masih tetap ditegakkan hingga sekarang meskipun ada sebagian yang sudah lutur.<br /><br />“Tapi njoe harus tetap tapeukong” lanjut beliau sangat bersemangat mengharapkan adat yang tak bertentangan dengan agama tetap harus ditegakkan agar tidak banyak permasalahan dan ketimpangan social yang terjadi dimasyarakat.<br /><br />“Ditempat kita setiap tempat memiliki aturan mainnya, seperti dilaut ada Panglima Laot, disawah ada Keudjreun Blang, dipasar ada Haria Peukan, dan dihutan ada Pawang Rimba” kata Kak Dek Na, pimpinan sanggar Puekat, salah satu sanggar yang membina anak-anak nelayan yang ada diperkampungan nelayan, Lampulo . <br /><br />“Fungsinya itu banyak sekali, namun tujuannya sama-sama menjaga ketertiban dimasyarakan dengan menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi” lanjut beliau disuatu petang sambil membantu kami membereskan peralatan sanggar.<br /><br /> Seperti tugas seorang Keujreun Blang, bersama-sama masyarakat memimpin memikirkan bagaimana pemasaran hasil panen sawah nantinya setelah keumukoh , agar masyarakat tak rugi. Ada pepatah yang sangat popular dimasyarakat Aceh “Jaroe bak langai, mata u pasai”.<br /><br />Inilah Aceh, disini setiap aktivitas masyrakat memiliki aturan main tersendiri yang diatur oleh pemimpimpin masing-masing atas dasar kesepakatan bersama. <br />****<br /><br />“Tulong bagah bacut, karap poh lapan njoe..! ” seru Apit, salah seorang pengurus sanggar kepada anak-anak penari agar segera begegas menuju area Khanduri laot yang tak jauh dari sanggar.<br /><br />Dalam perjalanan menuju lokasi khanduri laot, dari kejauhan sudah tampak para tamu yang hadir. Membuat kami semakin terburu-buru untuk segera sampai.<br />Beberapa menit kemudian kami sampai, akhirnya para penaripun mengabil posisi masing-masing untuk menari menyambut tamu. Acara hari ini akan dibuka oleh wakil gubernur Aceh Muhammad Nazar. Dalam acara ini seperti biasa akan dihidangkan masakan-masakan khas Aceh disamping masakan khas Khanduri laot, hidangan gulai daging kerbau, kemudian akan diisi juga dengan lantunan ayat-ayat suci oleh pengajian Mesjid Raya. Ada dua belas kerbau yang disembelih dalam khanduri laot tahun ini. <br /><br />“Njoe peng dari para nelayan, tahun ini dikutip dari 150 boat nelayan yang ada di Krueng Aceh nak….. dan Alhamdulillah selain bisa membeli beberapa ekor kerbau juga digunakan untuk sumbangan kepada anak-anak yatim” kata seorang nelayan yang juga sangat mengerti kondisi.<br /><br />Khanduri laot adalah kegiatan adat yang tidak pernah lupa dilaksanakan oleh para nelayan yang ada di Aceh disaat memiliki rezeki dengan cara menyembelih lembu atau kerbau yang kemudian kepala berserta isi perut dari hewan tersebut dibungkus dengan kulitnya lalu dibuang kelaut dan diadakandalam 3 atau 5 tahun sekali. Secara kasat mata kita bisa melihat ini kegiatan ini hampir mirip dengan ritual ummat Hindu, seperti yang ada dipulau Jawa.<br /><br />“Ini Cuma sebagai ucapan syukur kepada Allah yang telah memberikan kita rezeki dari laut, sehingga kita bisa memberi makan kepada anak dan istri” kata Wak Yan .<br /><br /> “Acara seperti ini, setelah Islam sangat kuat ada di Aceh sangat jauh dari ritual yang berbau syirik, karna kita bersyukur bukan kepada laut, namun kepada Allah, Sang Pemberi Rahmat” Lanjut beliau. Karena kegiatan khenduri laot ini sangat berbeda dengan apa yang dilaksanakan oleh ummat Hindu, khususnya yang ada di Pantai Laut Selatan, baik dari segi pelaksaanaan dan subtabsi. <br /><br />Pantai Laut selatan yang menurut kepercayaan masyarakat dipulau Jawa dikuasai oleh Nyai Roro Kidul telah memberikan banyak anugerah sehingga harus diadakan hajatan disetiap hari senin atau kamis dalam bulan suro disaat malam kliwon, karena itu merupakan hari pantangan untuk melaut. Kerbau yang dipersembahkan haruslah dikejar-kejar terlebih dahulu ketika disembelih, agar darahnya membasahi pantai, dan keberkatanpun akan muncul. Dan mereka percaya bahwa ini akan mendatangkan rezeki yang lebih banyak.<br /><br />Namun, melihat konteks Aceh yang sangat kental dengan nilai spiritual keislaman, <br />acara khanduri Laot ini hanyalah wujud syukur kepada Allah dengan cara mengadakan Khanduri bersama masyarakat dan anak yatim dan yang paling penting adalah doa bersama yang dipimpim oleh seorang tengku atau ulama. Acara ini dilakukan dengan penuh khidmat ketauhidan dan dalam praktiknya sangat hati-hati agar tak ada usur syirik dan riya. <br /><br />“Khanduri yang kita adain ini tetap dengan menyembelih daging kerbau soalnya dagingnya itu banyak dan enak” Kata seorang panitia penyembelihan. <br />Menyingung persoalan mengapa kepalanya tetap dibuang kelaut, “sebernarnya semua ini tergantung niat dari yang melakukannya, kalau kita sih ini bentuk saling ketergantungan antara manusia, hewan yang ada dilaut, nah…..kalau kita membuang kepalanya kelaut ini akan mempengaruhi ekosositem laut kearah yang lebih baik dengan mempercepat pertumbuhan plankton-plankton sumber makanan bagi ikan, tapi… kalau dilihat dari sisi menjaga kebersihan lingkungan, jangan sering-sering jugalah kita buang sampah sembarangan..hehhe” kata seorang warga nelayan sambil tersenyum.<br /><br />Sejak tahun 1316 ritual ini sudah ada di Aceh, namun tahun lalu berdasarkan hasil kesepakatan para Panglima Laot se-Aceh memutuskan bahwa khanduri dengan mengadakan pembuangan kepala kerbau kelaut sudah tidak dibenarkan lagi, hal ini merujuk pada penerapan syarian Islam di Aceh, walaupun kesepakatan ini tidak tertulis, namum tetap siapapun harus menjaga niat dari tujuan pembuangan kepala kerbau kelaut, bukanlah untuk sebuah persembahan, karna dalam hal apapun Allahlah tujuan kita, alam dan isinya Allahlah Sang Penguasa, dan Allahlah yang akan melebihkan dan mengurangi rezeki kita oleh karena itu hanya kepada Allah tempat kita persembahkan rasa syukur.<br /><br />“Njoe siat teu na duk pakan njoe….. dengan para panglima laot lhok yang ada disekitar Banda Aceh seperti Panglima Laot Pasii tibang, Ulee Lhee, Lamtong dan lain-lain” Kata Wak Sol, seorang toke boat yang ada di Lampulo yang berada dibawah naungan Panglima Laot dari Krueng Aceh. Karena disetiap laut disini memiliki panglima yang berbeda yang disebut dengan panglima Laot Lhok yang berfungsi mengatur ketertiban dikawasanya masing-masing, seperti menyelesaikan sengketa antar nelayan. Permasalahan-pernasalan yang timbul ini akan diselesaikan dengan jalur musyawarah yang dipimpin oleh Panglima Laot dikawasannya bersama orang-orang yang bersengketa. Dengan tujuan menegakkan keadilan, sejak dulu Aceh sangat menjunjung tinggi nilai keadilan disemua sisi kehidupan pribadi dan masyarakat.<br /><br />Pada dasarnya acara Khanduri Laot ini memiliki banyak tujuan yang mengandung berbagai hikmah. Selain sebagai wujud syukur kepada Allah yang telah menganuigerahkan laut sebagai tempat yang paling banyak meluapkan rezeki kepada manusia didarat, khanduri laot ini juga dijadikan masyarakat sebagai ajang silaturrrahmi sesama masyarakat.<br /><br />“Sekarang zaman udah canggih, apa-apa pake telpon, sms, atau melalui media internet udah bisa berkomunikasi langsung dengan orang lain, jadinya intensitas tatap muka dengan teman, kerabat semakin berkurang, dan kita ga tahu keadaan mereka sebenarnya bagaimana” kata Luddin, seorang warga nelayan yang memiliki tempat pengolahan ikan keumamah yang juga hadir pada khenduri laot. <br /><br />“Gini ni kan enak kita bisa ketemu langsung sekali-kali, kelihatan ternyata Nyak Maneh udah ga segendut dulu…hheheh” lanjutnya sambil melihat seorang ibu penjual nasi diwarung yang biasa disinggahi nelayan ketika pulang melaut disampingku. <br />Hampir ribuan masyarakat yang datang dalam syukuran para nelayan tahun ini, diantaranya adalah tamu undangan dan anak yatim yang diundang khusus untuk menikmati bersama hidangan yang telah disiapkan. <br /><br />“Ini semua tergantung pada rezeki nelayan juga nak,,” kata salah seorang kakek saat mendengar pertanyaanku. “Pue tip thoen na khanduri njoe ?”<br />*****<br /><br />Sebelum zhuhur acarapun sudah selesai. “Kak tolong bereskan peralatan tari ya.. kami mau jalan-jalan dulu sebentar” kata Nurul sambil terburu-buru meletakkam peralatan tari.<br /><br />“Ya kak.. kami mau keliling dulu sebentar, mau liat-liat sungainya” sambung Aisyah sambil berlari meninggalkanku dengan segala pernak-pernik yang digunakan ketika menari tadi.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-5105198293705018332011-02-26T04:13:00.000-08:002011-02-26T04:16:31.305-08:00Harapan Yang Tak “Paleeh”Potensi kepemimpinan itu memang dimiliki oleh setiap orang, namun untuk menjadi seorang pimpinan yang baik itu tak mudah. Begitulah yang terjadi hari ini dinegri kita, dimasa-masa krisis ini sulit sekali menemukan sosok pemimpin yang sempurna. Namun menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa hari ini semua orang berlomba-lomba menjadi pemimpin orang lain, padahal memipin diri sendiri saja tak mampu, baiklah, seandainya kita katakana bahwa itu merupakan cara mereka belajar unruk sempurna, mereka berani mengambil resiko dicaci disaat kinerja mereka buruk, mereka berani disaat kesalahan yang mereka lakukan meskipun kecil tapiu menjadi bulan-bulanan semua orang. Tapi terlepas dari itu semua kita tak pernah tahu apa tujuan mereka sebenarnya, namakah? Popularitaskah? Kepeduliankah? Atau malah materil untuk kepentingan pribadi dan kelompok?. Terserah tujuan mereka, yang jelas hari ini kita bisa melihat orang-orang mulai sibuk dengan agenda kepemimpinan, baik itu menyiapkan diri sendiri menjadi pemimpin, maupun menyiapkan orang lain, tim sukseslah istilahnya.<br /><br /> <br /><br />Teringat beberapa hari yang lalu disaat kami berjumpa dengan tokoh-tokoh masyarakat di beberapa daerah yang memiliki sumberdaya alam yang tidak sedikit, namun nyaris tidak berefek apa-apa pada perekonomian masyarakatnya, tak jauh beda keadaan perekonomian dimasa konflik dengan masa setelah MoU Helsinki untuk Aceh. Mereka ini adalah tokoh masyarakat yang sangat dekat keberadaan dengan masyarakat, mereka diangkat langsung oleh masyarakatnya untuk menjadi pengatur sekaligus pemimpin, namun mereka bukan pemimpin besar dengan gaji yang cukup untuk anak dan istri mereka, bahkan jerih payah mereka dibayar nyaris dibawah upah buruh perhari, mereka tak menuntut banyak, padahal dimasa-masa konflik dulu merekalah orang yang paling dicari, bahkan terhadap keberadaan seorang separatis didesa yang masuk tanpa sepengetahuan mereka, namun yang menjadi bulan-bulanan adalah mereka, dengan tuduhan yang andaikata langit bisa langsung bersaksi tentang kejujuran maka detik itu pula petir menyambar penuduh.<br /><br /> <br /><br />Sebenarnya merekalah pemimpin yang luar biasa, mereka adalah tokoh yang dipercaya tanpa janji manis, bahkan ada yang sampai 20 tahun menjadi tokoh kepercayaan, tempat mengadu meski mereka tak tahu lagi harus mengadu kemana setelahnya kecuali pada Tuhan. Mereka bukan pemimpin besar namun segala persoalan pada masyarakat merekalah yang lebih banyak tahu dari pada orang-orang yang selalu berorasi mengelu-elukan diri bahwa dia pemimpin besar yang paling bijak dan perhatian , apalagi persoalan pada masyarakat level rendah.<br /><br /> <br /><br />Bermimpi menjadi pemimpin besar itu memang hak setiap individu, tapi jangan lupa banyak sekali catatan penting yang harus selalu diingat oleh siapapun yang akan menjadi pemimpin. Khususnya di Aceh, berikut ini ada kutipan dari beberapa tokoh masyarakat yang ada dibeberapa desa yang sedikit terpencil di Aceh beberapa waktu yang lalu. Menurut mereka perhatian pemerintah hari ini hanyalah janji manis saja, sebagai tokoh kepercayaan masyarakat didesanya, banyak janji manis dari pemerintah yang ditawarkan kepadanya dalam hal apapun, namun sampai detik ini janji itu tak kunjung jua terealisasikan, tak salah jika mereka berkata “meunjoe tan tamita keudroe sapue koen”. Apalagi menanggapi persoalah yang sedang dibicarakan saat ini terkait permasalahan siapa yang layak menjadi pemimpin kali ini kedepan “terserah soe yang ji’ek, ata cit peukateun tetap lagei soet. Bandum cit peutaba mameh, watei ka tijoh ie babah teuh, ka dihieng”.<br /><br /> <br /><br />Disaat disinggung persoalan perekonomian masyarakat setelah MoU ini mereka menjawab “ walaupun konflik di Aceh sudah reda, tapi perekonomian kami terkadang malah semakin merosot; bahkan sang hie dalam ta mita raseki leubeh goet dan leu berkah lam masa konflik, dan urueng hana troe sidroe mantoeng lagei jinoe, peng meutumpok bak sidroe urueng mantoeng, berjeh pen siribe jeut tabloe dum pue, jinoe sapue tan seip lei”. Harusnya pemerintah bisa mengatur ini semua lebih bijak.<br /><br /> <br /><br />Ketika ditanya apa harapan mereka terhadapa pemimpin kedepan “seumoga bek sampe urueng yang ek tring yu ek bak u, siapa saja boleh, asal mampu”. Tokoh yang lain menambahkan “ kita ingin dipimpin oleh orang yang berwawasan luas, dalam hal apapun, dan mampu membawa Aceh ini sebagai kiblat peradaban, bek sabe payah ta meu kiblat u jawa sabe…….”<br /><br /> <br /><br />“..harus djih bek bri uengot keu kamoe, tapi kawe, buka lapangan kerja, jangan hanya member modal usaha apalagi tanpa kontrol,nrentan dengan korupsi, ini jelas mendidik rakyat untuk jadi pemalas, fakta ini..! fakta…” harapan tokoh masyarakat didesa lain ketika ditanya keadaan ekonomi masyarakat setelah perdamaian.<br /><br /> <br /><br />“kamoe njoe asai cit urueng bangai, tapi buet hek, maunya ajaklah kami sekali waktu berdiskusi dengan mereka pemegang simpul terkuat, biar lebih tahu apa yang yang sebenarnya terjadi dimasyarakat level bawah ini….” Sambut yang lain disaat mendengar kata pemilukada menanti didepan mata.<br /><br /> <br /><br />Setelah perdamaian ternyata kesejahteraan hanya ilusi, harusnya bek sare jak cilet mameh bak rhueng, hana jeut kamoe lieh. Manyoritas rakyat semakin gerah dengan keadaan yang han glah-glah, leuh bak meuruwa meusangkot gaki lom lam trieng, leuh glah bacut kameuchop jaroe lomgen duro.<br /><br /> <br /><br />Lantas bagaimana sebenarnya perasaan mereka yang sedang sibuk bergeriliya mencari dukungan untuk mencapai puncak, bahkan tak jarang sikut menyikut, keu’ih wie, keu’ih uneun, berlomba-lomba mengumpulkan KTP, berlomba-lomba meukat ubat rata sagoe, padahal tak jarang ubat yang dijual hanya ramuan asal jadi. Pencitraan sana-sini.<br /><br /> <br /><br />Mulai sekarang sebenarnya kita bisa melihat siapa ceurape itu sebenarnya, dan sebuah pertanyaan besar lagi, apakah ada sosok yang akan benar-benar tulis ingin mensejahterakan rakyat, bukan hanya memperturut kepentingan golongan apalagi pribadi.<br /><br /> <br /><br />Seorang filsuf dari Tiongkok yang hidup dua ribu empat ratus tahun yang lampau pernah berkata: “Suatu bangsa akan berada di dalam keadaan sejahtera bila tiga syarat terpenuhi. Syarat yang pertama bila bangsa tersebut memiliki system keamanan yang kuat. Kedua bila ekonomi negara tersebut dalam keadaan yang lancar. Ketiga bila pemimpin negara dapat diandalkan oleh rakyatnya”.<br /><br /> <br /><br />Tentunya kita semua berharap jangan sampai (lagi) terpilih orang-orang “paleeh”. Karena paleeh itu adalah virus yang sangat bahaya, banyangkan saja paleeh tanoh cot teungoeh kurueng asoe, paleh inoeng teumanjoeng watei lakoe woe, paleh agam sipak kuah piuleh aso, paleeh rakyat ji meupat rata sagoe, paleh raja djitop geulinyoeng wate ta krip. Hasilnya adalah hancur disemua sudut.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-18410791042415792042010-12-27T22:25:00.000-08:002010-12-27T22:27:20.551-08:00“hayalan ini setinggi-tingginya, seindah-indahnya…..”“hayalan ini setinggi-tingginya, seindah-indahnya…..”<br /><br />Berhayal, memang tak ada yang berhak melarang, karna imjinasi itu adalah fitrah setiap kita, temasuk berhayal hidup disebuah negri yang subur, damai, dan tenang tanpa ketimpangan-ketimpang, tapi terkadang ingin rasanya berada dinegri nyata seperti negri dalam hayalan tersebut agar tak ada gundah, gelisah dihati, tapi inilah tantangan hidup manusia, Tuhan memberi kita akal, pikiran, serta kekuatan fisik untuk berjuang dalam hidup. Tuhan pun tak akan merubah suatu kaum jika mereka tidak berusaha untuk menggunakan setiap kekuatan yang telah diberikan, hal ini juga tidak terlepas dari semua tindak vertical dan horizontal, kewjiban kepada Tuhan dan kepada sesama manusia.<br /><br /> <br /><br />Namun, meskipun kita berhayal, kita sadar bahwa kenyataan sering, bahkan selalu bersebrangan dengan jagat hayal kita. Lihat saja ketika kita keluar dari dunia hayal kita, berjumpa dengan realita, tampaklah apa yang sebenarnya terjadi dengan negri ini, yang sering jauh dari apa yang sering orang atas bicarakan, yang katanya perekonomian mikro negri ini sudah sangat maju dan berkembang, kata meraka.<br /><br /> <br /><br />Hari ini diatas gunung ini, ketika tulisan ini terpaksa kutulis untuk sekedar bercerita tentang perasaanku, kecenganganku pada pagi ini, terhadap jawaban polos seorang bocah laki-laki yang sedang memungut pinang-pinang kuning, bukankah ini jam sekolah? Bagi anak seumuran dengannya. Pukul Sembilan kawan. Ketika aku bertanya, “iya, tahu” katanya, “alah kupue teuma, loen hawa baje bola, meunjoe jak sikula hana jeut ta bloe baje bola, sipatu loem,, hek mantoeng diyue leh pue pue, habeh peng mantoeng,,”<br /><br /> <br /><br />Singkat memang, dan munafik jika kita mengatakan kita tak mengerti apa maksudnya, apa latarbelakang dia berkata demikian. Karena ini bukan sekali kita berjumpa dengan kenyataan seperti ini, ini adalah kesekian kalinya. Seandainya ditanya siapa yang salah, terkadang aku tidak ingin mengatakan pemerintah. Tapi jika disuruh mengulas kata aku akan akan menyalahkan pemerintah.<br /><br /> <br /><br />Isi UUD dan pembukaannya sepertinya akan selalu menjadi karya tulis yang sistematis, yang tebaik yang pernah dimiliki negri ini, terlalu indah sehingga harus disimpan didalam lemari jauh dari debu, jauh dari rayap, terlalu ribet mugkin jika disimpan dihati, lebih gampang menciptakan aturan baru, kemudian pelaksanaannya pun jauh dari kekonsistenan. Maklumlah, Negara berkembang ini katanya, yah…mungkin memang iya, saatnya berkembang bebas dan terus mengembang, dan sangat menyedihkan seandainya terjadi pengembangan yang sangat ironis dengan tujuan dasar, kesejahteraan.<br /><br /> <br /><br />Salahkan jika mengatakan bahwa pemerintah telah mengingkari falsafah dasar negri ini, pemerintah mendustai UUD, disaat terlihat jelas pengingkaran kesempatan anak bangsa untuk menikmati wajib belajar 9 tahun, dan dalam pasal 31 jelas disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas kecerdasan bangsa.<br /><br /> <br /><br />Melihat realita saat ini, disaat kemauan rakyat tak sama dalam hal menuntut ilmu. Pantaskah pemerintah mengatakan bahwa mereka telah lelah mengurus semua ini, karena permasalahan ingti dari semuanya sebenarnya adalah emosional individu, ohhooww….Lantas “kupue meusigak that jak calon droe keu pemimpin ?”.<br /><br /> <br /><br />Kita bisa melihat disaat pemilu, pilkada, pilkades, dan pilka-pilka lainnya. Jelas tergambar emosi, ambisi untuk menjadi pemenang, dan sikut kanan sikut kiri itu hal biasa, semua cara ditempuh agar bisa mendapatkan sebuah kursi, entah ~kita mana tahu~ apa tujuan sebenarnya. Apkah kekuasaan mutlak untuk kesejahteraan orang lain, atau malah kekuasaan yang terkontaminasi dengan hasrat memperoleh jalan pintas menjadi hartawan, maklum sajalah negri ini berbeda dengan negri lain.<br /><br /> <br /><br />Lihat saja Amerika, disaat seseorang ingn menjadi penguasa/mendapatkan jabatan, mereka harus memiliki kekayaan yang memadai terlebih dahulu, baru kemudian mencalonkan diri menjadi penguasa, sedangkan dinegri ini kebalikannya, kejar kekuasaan dulu, baru kemudian menjadi kaya raya. Kultur yang berbeda, karena itu tak perlu heran jika sosok-sosok seperti Om Gayus muncul.<br /><br /> <br /><br />Benarkah begitu utopisnya mengharapkan sosok pemimpin seperti Rasulullah, atau setidaknya seperti para Kulafaurrasyidin?<br /><br /> <br /><br />Apa yang sering terjadi hari ini jika dikatakan sebuah media pembelajaran, bahkan selalu dikatak sebuah proses menuju kesejahteraan, sebuah proses pendidikan, maka siapa sebenarnya yang mendapat didikan baik dari kenyataan ini, karna yang ada hanya paranoid terhadap penguasa, hidup dalam tekanan. Tak salah mungkin jika ada orang yang membeci kalimat “kegagalan adalah awak dari kesuksesan”. Karena kata-kata itu adalah bentuk kepesimisan yang dilapisi dengan semangat pembenaran kegagalan. Ada baiknya mungkin tak ada kata kegagalan dalam hidup ini, sehingga tak perlu dirangkai kalimat “kita akan bangkit kedepan”, kedepan, kedepan, dan kedepan. Kita akan menang kedepan, kedepan, dan kedepan. Entah dimana garis “finish” kedepan itu.<br /><br /> <br /><br />Ini memang permasalahan kata, siapapun berhak berkata-kata.<br /><br /> <br /><br />Tapi ini negri kita, benarkah? Teringat dulu ~sederhananya~ setiap senin ketuka sekolah dasar, sekolah menengah, atau akhir dan untungnya tidak ada lagi sekarang ketika kuliah. Setiap pagi senin setiap sekolah pasti mengadakan upacara penaikan bendera dengan lantunan lagu Indonesia raya, sebagai symbol nasionalisme, cinta tana air. Sedikit penggalan liriknya “…indonesia raya, tanah airku,..tanah tumpah darahku.. disanalah aku berdiri,..” ya,, disana, disanalah aku berdiri, disana. Dimana? Dimana sebenarnya tanah airku? Kita bernyanyi, berdiri disini yang ternyata bukan disana.<br /><br />Wajar serba ironis. Karena disana itu adalah bangsa bermoral, menjunjung tinggi hak asasi setiap warga, budayanya beragam, tak miskin identitas, menghargai segala perbedaan, jujur, adil, dan pastinya lebih bermartabat. Tapi, itu disana, entah dimana. Masih diawang-awang. Wallahu'alam.....<br /><br /> <br /><br />Bukan menyalahkan W.R Supratman dalam meciptakan lirik lagu ini, malah beliau sangat objektif dalam merangkai kata-kata. Karna memang kita belum berada pada negri yang selalu tersebutkan dalam buku-buku pendidikan kewarganegaraan dan buku-buku nasionalisme lainnya.<br /><br /> <br /><br />Semakin hari semakin membingungkan saja ternyata, terkantung-katung tak jelas arah, kenyang dengan tawaran-tawaran utopis mereka yang punya kaki panjang. Harusnya, jika memang setengah hati, jangan pernah tawarkan, kosong!<br /><br /> <br /><br />Lampanah, 2010<br /><br />Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-78408104005924324232010-12-27T22:15:00.001-08:002010-12-27T22:20:30.070-08:00"Miniatur Nuh” refleksi Tsunami, 26 Desember 2004, Antara azab dan ujian)"Miniatur Nuh” kata guruku (refleksi Tsunami, 26 Desember 2004, Antara azab dan ujian)<br /><br />Ingatkah kau kawan?<br /><br />Tentang romantika berabad-abad silam, ada cinta disana, ada luka disana, ada lara disana<br /><br /> <br /><br />Saat bahtera akan berlayar, ada cinta terpaksa dipangkas<br /><br /> <br /><br />Bukan karna terlalu panjang, namun karna Tuhan tak ridha<br /><br /> <br /><br />“selamat tinggal sayang…."<br /><br /> <br /><br />"Aku tetap harus berlayar tanpa kalian” kata Nuh penuh derai air mata<br /><br /> <br /><br />“kering sudah air dimulutku mengiba, kini terpaksa ku harus ikhlaskan, air dari Tuhanku menjemput mu sayang, kalaupun aku harus menangis. Aku berharap tetesan –tetesan ini tak akan menambah arus gelombang yang akan menyelimuti malam dan hari terakhir kalian, istriku, anakku,,, terlambat sudah,,” rintih Nuh.<br /><br /> <br /><br />Terpaksa Nuh mengiba, dan mengadu pada Tuhannya<br /><br />“Ya,,, Tuhanku, Dan sesungguhnya setiap kali menyeru mereka untuk beriman agar Engkau mengampunin mereka, namun mereka memasukkan anak jari mereka ketelinganya, dan menutup bajunya ke wajah mereka dan tetap mengingkari dan menyombongkan diri. (Q.S Nuh :7)…………….”<br /><br /> <br /><br />“Tuhanku,, berbagai cara telah ku lakukan, tapi mereak tetap tak mau membuka sedikit mata hati mereka, terhadap Engkau yang menciptakan langit yang berlapis-lapis, lalu menurunkan hujan yang tak hanya dari langitpun Engkau mampu. Mereka lupa duhai Tuhanku, tak cukup titah penghambaan dariku pada mereka untuk-Mu,, kalam-Mu tak cukup untuk mereka sadar, Engkaulah yang harus disembah…!! Mereka sepertinya butuh azab_mu”<br /><br /> <br /><br />“ selalu ku berkata,,,mohon ampun pada Tuhan-mu, sungguh, Dia Maha Pengampun, jika tidak niscaya Dia akan menurunkan hujan lebat dari langit kepadamu,(Q. S. Nuh 10-11)”<br /><br /> <br /><br />“ Ya Tuhan-ku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku.(Q.S . Nuh:21)”<br /><br /> <br /><br />Bahtera itu pun akhirnya berlayar, berhari-hari, berminggu-minggu…<br /><br />…<br /><br /> <br /><br />Lihatlah kawan, apa ini??!<br /><br />Saudaraku, Lihatlah,,<br /><br /> <br /><br />Ini bukan sekedara kayu lapuk, tuha, bahkan kau kira tah berharga.<br /><br />Ini bukan sekedar pajangan yang kau tonton, bukan sekedar pajangan yang kau masukkan kedalam pigura-pigura perak.<br /><br /> <br /><br />Tapi buka mata hatimu,,<br /><br /> <br /><br />Untuk sepersekian waktu saja kembali kemasa lalu.. ini mungkin sepersekian dari bahtera Nuh masa silam!!<br /><br /> <br /><br />Ini bahtera Nuh,,,!!<br /><br /> <br /><br />Ini miniature bahtera Nuh…<br /><br /> <br /><br />Meski tak seutuhnya persis..<br /><br />Tapi kau harus tahu, Tuhan murka!<br /><br /> <br /><br />Ketamakan, keserakahan, kemunafikan, kebohongan, angkuh meraja dibumi Nya,, saban hari, saban waktu angkara semakin tajam menyibak taring!! Tanpa belas kasihan,,, Tanpa malu,. Terus bersetubuh bersama nurani<br /><br />Saatnya menginjak,,! Saatnya memangkas…!!<br /><br /> <br /><br />Seolah itu titah alam yang tertulis didinding-dinding jagat ini, kabur sudah nurani, kabur bersama kejayaan..<br /><br /> <br /><br />72 bulan berlalu,,<br /><br /> <br /><br />Terhadap ikan-ikan yang menggelempar, terjemur tanpa tuan, dedaunan merenggang, pasir-pasir mengangga, dan mayat-mayat berhamburan dari berbagai penjuru, hingga lelah Izrail mencabut nyawa untuk setiap detik seribu nyawa, hingga tak sempat Izrail menata urut siapa pertama yang yang harus berada pada urut pertama kematian.<br /><br /> <br /><br />Semua terlalu cepat, tapi kita tahu Izrail bukan malaikat bodoh<br /><br /> <br /><br />Dia tahu, lidah mana dalam setengah detik seribu nyawa yang masi basah dengan Asma-Nya,.<br /><br />Dia tahu, tuhan-tuhan apa yang kita sembah setiap waktu, dia tahu apa yang pantas untuk kita<br /><br />…<br /><br /> <br /><br />6 Tahun, tak cukup untuk kita mencari puing-puing nurani,,<br /><br />Diantara puing-puing tsunami yang saban hari mulai tertata lagi,,<br /><br /> <br /><br />Atau memang air bah, lumpur belerang itu tak cukup untuk menjadi peringatan agar kita utuh merajut jala toleran tanpa anarkis, tanpa tiran-tiran<br /><br /> <br /><br />Atau memang tangis di gubuk-gubuk tua itu adalah nyanyian untuk kita, agar semakin nyenyak terlelap dalam<br /><br />mimpi diatas bantal sutra bersulam emas sulaman cacing diperut mereka,, setiap hari, setiap waktu…<br /><br /> <br /><br />Haruskan kita tunggu, miniature-miniatur Nuh lain tercipta untuk sebuah perubahan, untuk memberi sedikit makan<br /><br />cacing diperut mereka<br /><br /> <br /><br />Haruskan tsunami datang lagi, menghibur kita, agar ada goresan damai sehari diatas kertas(lagi)<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Lampulo, 26 Desember 2010<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-67105590315917920532010-11-23T09:30:00.000-08:002010-11-23T09:41:54.495-08:00Different Yes/No, I Don't CarePart one<br /><br /><br /><br /><br />Hal yang membuat kita menyadari bahwa kita ada adalah perbedaan, karena perbedaan adalah kata yang telah banyak membantu kita menyadari keeksistesian sebuah keberadaan., baik suatu benda, sifat, atau lain sebagainya bahkan hal-hal yang tidak konkrit sekalipun. Bahkan keberanekaragaman lah yang membuat kita menjadi bangsa yang kaya, dan dalam islam sendiri perbedaan adalah rahmat Tuhan yang harus disyukuri dan dicerdasi dengan intelektual yang tidak memihak pada kepentingan diri, galongan atau sebagainya agar tidak terjadinya konflik-konflik seperti penomor duaan oranglain hingga muncul system-sistem patrialkan tanpa sadar dan berefek pada pengusiran tanpa sadar mereka (golongan te rtentu) dari wilayah, hukum, agama, filsafat, ekonomi, politik dan lain sebagainya, dengan dibatasi atau dikekang secara fisik maupun akal dibawah kekuasaan yang lainnya. Dan hal ini sudah dilegalkan tanpa sadar dan melekat dalam pikiran semua orang, laki-laki dan perempuan, sudah diwajarkan.<br /><br />Namun berbicara masalah perbedaan, saat ini memang topic keperempuanan sedang hangat dan selalu menjadi topic pembicaraan, disamping pembahasan isu-isu social lainnya, bahkan ada beberapa universitas didunia yang mengangkat secara khusus tema feminisme atau hal yang berkaitan dengan perempuan sebagai materi kuliah khusus. Bahkan secara local pun dapat kita rasakan sendiri wacana-wacana seputar keperempuanan yang tidak hanya muncul dari perempuan sendiri, namun laki-laki pun tak kalah banyak beranggument dalam hal ini, terlepas dari penyaluran hasrat provokasi atau penengah dari brbagai polemik yang sedang menjamur.<br />Beberapa hari yang lalu terjadi pebicangan yang puntung antara saya dan beberapa rekan-rekan saya, hingga akhirnya sekarang saya berniat mengajak teman-teman semua untuk sedikit meluangkan waktu untuk mencerdasi bersama kontradiksi yang selalu terjadi terhadap makna keadilan, kebebasan, hak-hak, dan lainnya dalam realita yang sering berbenturan dengan nilai-nilai moral /kehormatan, agama, dan lain sebagainya, hingga muncul statment-statement “aneh” disekitar kita, seperti “Berarti memang benar perempuan itu derajatnya dibawah lelaki, lihat saja agama membenarkannya”. Saya mengatakan “aneh” dalam tanda kutip, artinya sulit bagi saya untuk menganggapnya suatu hal yang wajar, apalagi disandarkan pada agama, karena pada dasarnya agama bukanlah pengekangan, penindasan, namun agama adalah keadilan dan kebebasan. <br /><br />Lantas mengapa harus mengatakan hal-hal seperti itu? Saat ini kita sering berada pada landasan yang labil dalam menyingkapi berbagai persoalan, dan hal yang bisa mengatasi ini semua adalah hanya dengan memahami betul-betul makna dari perbedaan yang diberikan Tuhan, yang sebenarnya dengan bersama-sama kita bisa membentuk kekuatan besar yang nantinya bisa peradaban yang lebih baik, bukan terus menerus saling menilik kelemahan diantara keduanya.<br /><br />Hal yang perlu diingat dan dipahami benar-benar seharusnya adalah kita berbeda bukan dalam konteks baik-buruk, tapi hanya berbeda untuk saling melengkapi.<br />Jika banyak orang yang mengatakan bahwa perempuan itu walau bagaimanapun tetap makhluk yang kedua dimuka bumi ini, apapun yang mereka lakukan, semua, tetap saja mereka harus selalu dibawah kaki laki-laki, artinya pandangan seperti ini secara tidak langsung kita membenarkan konsep gereja/barat yang mengatakan perempuan adalah dewi primitive yang dalam hidupnya tidak perlu berbuat lebih, karena tugasnya hanya terdiri dari lima fase; melahirkan, menyusui, menjadi ibu, menoupouse, dan mati. <br />Lalu hal yang tak jarang kita dengar juga adalah “bukankah penghuni terbanyak dalam neraka itu adalah perempuan”, “perempuan tak perlu terlalu bebas bergerak”, “perempuan racun/penghancur moral” itu artinya secara tidak langsung perempuan itu adalah makhluk terkutuk, apalagi dari awal penciptaan Hawa pun telah menyepak Adam dari keluar dari kenikmatan syurga sebab ulahnya. Olek karena itu sudah seharusnyalah semua perempuan menanggung beban –kutukan- harus melahirkan, harus menahan rasa sakit dan menjalan berbagai kehidupan yang sulit-sulit. <br /><br />Jahilyah, Grail dalam gereja sendiri awalanya merupakan symbol keperempuanan yang kemudian dibalik konsep oleh gereja sendiri, dalam artian perempuan harus disingkirkan karena ini menyangkut keberadaannya yang sering lebih banyak dan mengancam eksistensi laki-laki. Hingga akhirnya dirancang konsep dosa asal mecicipi apel dan jatuhlahlah ras manusia, karena perempuan adalah golongan yang telah menghapus kehidupan suci, maka mereka tak perlu untuk ada didepan, malah masa jahilyahpun perempuan dikatakan hanya membawa petaka hingga akhirnya dikubur hidup-hidup.<br /><br />Di Aceh, dalam konflik Aceh sendiri seolah ada penekanan terhadap ranah-ranah public terhadap perempuan selama 32 tahun. Hal ini telihat dengan penghilangan secara sistematis politikus-politikus perempuan hingga muncul pandangan bahwa perempuan tidak mempunyai kualitas dalam berpolitik, dan bahkan banyak sekali kasus yang merugikan perempuan semasa konflik yang sampai hari ini tidak diproses lagi, dibiarkan mengambang. Padahal dalam sejarah kejayaan Aceh juga tidak terlepas dari peran perempuan-perempuan yang tidak membiarkan dirinya, agamanya,bangsanya tertimbun ketidakadilan<br /><br />Dalam agama Islam sendiri, tak ada perbedaan antara derajat laki-laki dan perempuan, semua sama seperti “gigi sisir yang sederajat” (hadits) dan tentunya yang membedakannya hanya iman dan ketaqwaannya kepada Tuhan. Agama adalah keadilan . Bukan hanya sekedar kumpulan kertas-kertas yang berisi aturan-aturan yang dirancang oleh manusia-manusia yang diterbitkan, diperjual belikan, disiarkan demi kepentingan pribadi. Kebebasan, keadilan, dan persamaan dalam konteks yang normative itulah agama. Serta ukuran kehormatan antara laki-laki dan perempuan harusnya dipandang sama pula, artinya dalam standarisasi yang satu, jika tidak hilang makna akan kehormatan itu sendiri jika hanya menekan satu pihak. <br /><br />Oleh karena itu, selayaknyalah pemahaman klasik terhadap dualisme keadilan dihilangkan, agar marginalisasi terhadap golongan tertentu dapat dihapuskan meski sudah seperti warisan sejak zaman perbudakan yang sudah melampaui batas dan terus berbekas pada setiap generasi, hingga timbul penindasa-penindasan yang dilakukan secara sadar maupun tidak. Serta untuk melawan neo-kolonialisme dalam tatanan dunia global saat ini dibutuhkan perjuangan bersama-sama, bukan saling membudakkan. Agama adalah kartu penting dalam hal ini, agar perempuan tidak dianggap sembagai alat dalam mesin kapitalis didalam dan diluar rumah di era neo-imperiaisme saat ini. Agama, politik, ekonomi tidak mungkin dipisahkan, dan agama tidak menjadikan kemungkaran sebagai kebaikan dan kebaikan sebagai kemungkaran.<br /><br />Rasulullah sendiri telah menghapuskan konsep perbudakan dalam islam, karena derajat semua oreng adalah sama, setiap orang memiliki hak hidup dan berhak mengaktualisasikan hidupnya sesuai dengan aturan-aturan yang wajar dalam agama. Sebagai agama fitrah dan rahmat untuk sekalian alam sesuai dengan kalam Tuhan yang artinya “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain” (Q.S.At-taubah: 7) jelas tak ada perbedaan antara keduanya kecuali kemampuannya memikul tanggung jawab dan ilmu.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-35941727736637027732010-09-22T18:25:00.000-07:002010-09-22T18:26:54.390-07:00Koen Salah Kaye"Kurueng Baja"<br /><br /> <br /><br />Diantara pekikan nyiur yang melambai ayu, matahari pun dengan gagahnya semakin memercik bara cahaya, segerombolan elangpun terus mengepak sayap kembali keperaduan. Pantaiini semakin gersang, bangkai-bangkai kapal nelayan masa lalu bagai ranting tuayang tak habis dibakar masa, deru ombak semakin pilu merintih, seolah luka tua terus memburu bersama daratan.<br /><br />Gadis berkerudung putih itu, berbaju hitam lusuh, bersarung merah kumal tak beralas kaki yang sejak tadi menyisir pantai tiba-tiba menoleh kearahku yang terlanjur terus memerhatikannya dari kejauhan. Wajahnya tetap ayu meski gurat sendu tak bisa tertutup juga, ada lubang dimatanya yang seolah meredam seribu gemuruh, membuat jantungku sedikit tertahan berdetak, namun ada hal yang paling membuat aku risih yaitu hidungnya, mancung. Mengigatkan aku pada sosok 'terindah' sekaligus 'terkeji' dalam hidupku, yang menjadi ladang aku lahir didunia, entah siapayang menanam benih.<br /><br />Gadis itu semakin mempercepat langkahnya, tanpa sadar aku kehilangan jejaknya. Siapa "dara" itu....<br /><br />***<br /><br /> <br /><br />Hari ini hasil pencarian kami benar-benar tak mendapat apresiasi menarik dari publik modal,terbukti dengan penawaran yang setengah dari harga biasanya. Dalam sepekan terakhir ini hasil tangkapan nelayan didaerah ini sedang sangat membanjir, maka sudah menjadi hal yang wajar jika hargapun mengalami penurunan. Hal ini biasanyaterjadi jika musim timur tiba, karna memang letak geografis daerah kami inihanya membutukan musim timur untuk mendapatkan hasil yang banyak selain jikabulan gelap tiba, atau biasanya diawal-awal bulan hijriah dan akhir-akhir bulanhijriah, namun kali ini sangat aneh, sudah berbulan-bulan hasil tangkapan kamiterus membanjir tak mengenal jadwal. Sebenaranya ini rahmat, tapi ketika aku melihat elang-elang selalu mengintari kami, firasatku terlanjur berbisik lain,bukan aku tak bersyukur. Ini benar-benar diluar kebiasaan.<br /><br />Banyaknya ikan seharusnya roda perekonomian pun semakin maju, tapi kali ini kenyataanya sangatironis. Setelah hasil tangkapan ikan kami dipindahkan ke raga-raga[1],urusan pendistribusian berikutnya diatur oleh orang-orang yang sudah menunggu kedatangan kami berhari-hari didarat. Konsep dagang blo siploh peu bloe sikurung didalam rueng ta cok laba[2]dan sudah pasti pemegang keuntungan terbesar adalah mereka yang yang mempunyai modal besar. Konsep Adam Smith, tak perlu susah-susah dipelajari, bermuluk-mulukdengan kata-kata dibuku, seiring waktu memang hasrat manusia yang cenderung matrealisme dan hedonisme dapat dengan mudah kerasukan teori dagang kapitalisme, apapun alasannya, ini realita yang kaya akan terus kaya, yang miskin akan terus miskin jika ini terus-menerus mengakar, apalagi akarnya rizombium, menjalarnya sangat mudah dan cepat.<br /><br />Siapa yang mempunyai langkah panjang, teknik menglobi yang lihai, uang awal yang banyak.Mereka bisa langsung menjumpai kami selepas kami memarkirkan boat kami dipancang[3],kemudian menukat uang dengan ikan kami. Kami memang harus pasrah kemana hasil tangkapan kami akan mereka bawa dan berapa harga yang mereka jual, karena mustahil kami juga yang turun untuk mendistribusikannya.<br /><br />Sudah kebiasaan kami hasil penjualan ikan ini, setelah aku bagikan kepada awak-awak boat ku,yang sudah bersama-sama denganku berhari-hari menantang malam, bersetubuh dengan angin laut, dan membiarkan matahari menertawakan kami di pagi hari, tak heran jantung pun terus dikelitiki oleh ombak, apalagi jika lumba-lumba muncul, karena katanya lumba-lumba adalah hewan laut yang sangat baik hati dan akan memberi aba-aba pada manusia jika akanadanya bahaya, dan kami pun harus waspada jika nantinya sekali-kali waktu Tuhan menyentil boat kami, kami tenggelam, dan keesokan harinya segerombolan orangmengerubungi jasad, bangkai kami pun kami akan membuat panik orang di kampungentah berantah itu. Ini memang konsekuensi bagi kami, bagi awak-awak kapal kumemang ini pilihan hidup mereka untuk dapat menyambung nyawa istri dan anaknyadidarat, rela mereka menyerahkan hidup kelaut yang walaupun Tuhan ciptakan nyata tapi tetap penuh misteri. Tak ada kepastiaan hidup disini ketakutansebenarnya sangat nyata dengan tak ada satupun diantara kami yang bisaberenang, kami hanya bisa satu gaya renang yaitugaya batutenggelam. Plung. Innalillah.<br /><br />Tapi kata awak kapal ku, inibagian dari ibadah mereka, apapun yang akan terjadi nantinya mereka sudah pasrahkan diri selama ini adalah jalan yang halal dan Tuhan pun ridha terhadap pekerjaan ini<br /><br />Aku memang tak sepenuhnya sama tujuan dengan awak-awak kapalku. Aku bebas, jangankan punya istri atau anak, ibu bapak pun aku tak punya. Aku tak pernah tahu dimana ibukudan siapa bapakku, tepatnya aku sudah tak ingin lagi tahu dimana mereka. Umurkumemang termasuk muda, berkepala dua setengah pun belum, seharusnya aku takperlu menyerahkan keperawanan jasadku pada ketidak pastian alam, laut. Tapi ini boat ku, aku beli dari uang yang aku sendiri tidak pernah tahu dari manaasalnya. Sebelum aku berpisah dengan keluargaku, maksudku ibuku, ia menitipkan beberapa lembar kertas dan nama seseorang, tanpa sempat bertanya lebih lanjut kemana ibuku akan pergi. Kertas-kertas itulah kemudian tersulap menjadi uang-uang yang sangat banyak. Akhirnya selama delapan tahun berikutnya pun aku memulai drama kehidupanku seorangdiri.<br /><br />***<br /><br /> <br /><br />Teringat delapan tahun silam...<br /><br />Malam itu tepat pukul 02.08 Wib, seperti biasa aku masih menunggu ibuku pulang, menyakitkanmemang jika mengigat siapa aku sebenarnya, lewatlah sebuah mobil mewah menembus batang-batang bambu kuning didepan rumahku dan kemudian berhenti tepat dipintu rumahku, sudah hal biasa jika yang keluar dari sana adalah ibuku dan setiapkali dia pulang seolah dunia mengutukku dengan tusukan duri-duri racun namunaku tetap tak bisa berbuat apa-apa, tapi malam ini ada yang lain, raut wajah ibuku cemas sangat jelas terlihat diwajah yang sebenarnya tanpa ditampal bedak tebalpun sudah cantik, kali ini wajahnya tidak merekah seperti biasanya, bukanaku tak pernah berontak dengan sikap dan perkerjaannya ini, pulang tengah malam dengan belang-belang yang berbeda setiap malamnya. Sebagai anak laki-laki aku selalu merasa terhinakan disaat tak bisa berbuat apa-apa pada orang yangkucintai ini.<br /><br />Harusnya aku sudah bisa membantu membiayai kehidupan keluarga kami (yang memang hanya ada aku danibuku), usiaku 14 tahun bukan usia kecil lagi kan? Dibandingkan membiarkan ibuku terus menerus berada dalam cengkraman belang bernafsu elang. Tapi dengarkan apa kata ibuku "..aku lakukan ini semua bukan tidak ada tujuan, kau harus sekolah tinggi, dan mengaji agar kau tahu cara berdoa yang mungkin kau bisa membantuku sedikit nantik ketika dineraka..hahhah...Dan kau harus tetap sadar bahwa harga diri itu tidak cukup dengan uang, jaditak perlu kau turut mencari uang. Kau lihat aku, aku seperti ini bukan mauku,kau harus buka mata dan pahami bahwa tak ada wanita yang ingin menjadi dan diperlakukan seperti aku dengan ikhlas, aku tahu ini dosa, aku biarkan Tuhan bebas merajamku selamanya dineraka, asalkau tak ikut terjilat sedikitpun, jadikau harus berilmu. Sudahlah jangan banyak tanya lagi, sudah hampir magrib ini,mana sepedamu, ambil ini uang bebrapa lembar kemudian berikan pada tengku[4]mu.."<br /><br />Aku memang disekolahkan ditempat yang bagus ketika itu, namun tak ada yang tahu indentitasku, walaupun namaku sering berubah-rubah namun tetap tak ada yangcuriga, tak ada seorang pun yang bertanya siapa nama ayahku, aku tak mengerti mengapa ibuku bertindak seperti itu. Dengan uang yang dia punyadan kecerdikannya aku benar-benar bisa menikmati dunia pendidikan. Akupun tinggal didaerah yang tak ada tetangga seorang pun, jauh dari bisik-bisik radiobergigi, dan adalah hal biasa didaerah ku tinggal jika seorang perempuan menghidupi keluarganya seorang diri, ini adalah hal yang lumrah, mengingat konflik yang aku sendiri tak pernah tahu kapan akan berakhir dan juga konflik ini membuat anak laki-laki tak bisa bertahan lama hidup, aku pernah berfikir,fir'aun telah muncul lagi dijaman modern ini, dan menyuruh membunuh laki-laki.Entah bagaimana wajah fir'aun modern itu. Karena pembunuhan kali ini tidakhanya menggunakan senjata, namun termasuk didalamnya pembunuhan karakter, akupun tak yakin aku akan bisa hidup sampai menikmati hari tua.<br /><br />Rumahku tepat diujung jalan setapak bekas peninggalan belanda, masih belum terjamah program pembangunan pemerintah, tepat dibalik pohon bambu kuning yang sengaja ibukutanam sebanyak-banyaknya, aku tak mengerti maksudnya padahal dibalik itu adatanaman mawar dengan beragam warna, bukankah itu lebih indah untuk dilihat. Inipikiranku, beda dengan pemikiran perempuan ini yang sangat kukuh dengan pendiriannya. Sekali A tetap A. Terserah benar atau salah, selama dia mengambil keputusan dia akan konsisten dengan itu. Jangan harap bisa kita ubah. Walau akhirnya yang dia dapatkan adalah rugi. Ibaratnya sihet bek tapi roe bah mandum[5]<br /><br />Aku dipaksa untuk terus bersekolah, memenuhkan otakku dengan ilmu. Pagi hari aku pergisekolah menuntut ilmu dunia, sore sampai malam hari aku belajar agama didayah[6]dikampung seberang, yang santrinya tidak hanya berasal dari kampung itu saja,namun juga dari berbagai daerah, karena memang ini adalah pesantren yang didirikan oleh seorang ulama besar yang sempat menjadi qadhi pada masa pemerintahan putridari Sultan Iskandar Muda, ia adalah ulama pertama yang mengizinkan perempuan menjadi pemimpin tertinggi negara.<br /><br />Sebagai ulama besar tasauf yang sudah menuntut ilmu diberbagai wilayah islam didunia ia pastipunya alasan khusus mengapa ia mengizinkan Safiatuddin menjadi ratu dinegaraIslam<br /><br />Selama aku menuntut ilmu disekolah atau dayah, aku termasuk murid yang cepat menangkap pelajaran jangan heran jika aku sempat menjadi produk akselarasi pendidikan.Aku dengan cepat bisa menamatkan sekolah dan sempat melanjutkan nya kebangku perkuliahan, jika bakan karena sesuatu hal, mungkin hari ini aku sudah sarjana.<br /><br />Masih kental dalam ingatanku kejadian malam itu, malam terakhir aku melihat ibuku, dia pergi dengan titipannya, dan malam itu adalah malam terakhir aku melihat wajah menornya. Pesan terakhirnya jangan pernah mencoba mencari dia karna itu akan membuat masa depan didunia ku suram, dan jangan pernah mencari dosa karna aku pastitidaka akan sanggup menahan kesuraman akhiratku. Ibuku memelukku terakhir dan kemudian buru-buiru pergi dengan keringat dingin yang terus menguncur diwajahnya dan bau amis darah tercium dihindungku, ada apa ini sebenarnya.<br /><br />Dia pergi..<br /><br />Sudah delapan tahun ini aku benar-benar tak pernah mencari tahu tentangnya, aku benar-benar jijik padanya yang selalu membiarkan dirinya dibelai oleh para belang-belangtolol yang tidak bisa memanfaatkan hartanya dengan baik, memang kelas ibukubukan kelas rendahan, rata-rata yang menjemputnya adalah mereka para penguasa yang sering terlihat di media-media entah dari golongan pekerjaan apa tapi yang jelas mereka punya uang banyak tapi kasihan, istrinya pasti selalu sibuk berkarirhingga suaminya mencari ladang lain. Aku pernah baca profil-profil istripejabat, pengusaha atau orang penting lainnya, rata-rata memang bukan perempuan biasa. Tapi benar-benar luar dari kebiasaan bersikap sebagai istri.<br /><br />Ah entahlah...<br /><br />Aku tak mau terlalu jauh berspekulasi, ibuku selalu bilang ketika ruh perempuan ditiup kejasadnya tak pernah ia meminta untuk hidup sebagai pelacur. Ini sudah takdirkatanya, Tapi menurutku, selama aku belajar walaupun takdir harus dijalani oleh manusia, tidak menutip kemungkinan nasi bisa berubah. Aku pernah menghafal sebuah ayat yang artinya " Allah tidak akan merubah suatu kaum jika mereka tak merubahnya sendiri"<br /><br />Aku benar-benargerah, aku mununtut ilmu siang malam, aku tinggal di daerah syariat yang harumnya mendunia, tapi kenyataan sangat tak sipadan. Pelacuran disini memang sudah ada sejak zaman penjajahan dulu, tapi entah mengapa penghinaan terhadap negri syariat itu semakin menjadi-jadi. Termasuk apa yang dilakukan ibuku.<br /><br />Ibuku pernahmelanjutkan kata-katanya, "para kaum adam diciptakan sebenarnya untuk melindungi kaum hawa, tapi sekarang mereka malah memanfaatkan hawa yang lemah sebagai sarana penyaluran birahinya, kau harus ingat nak, jangan pernah memanfatkan perempuan!! Apalagi mereka yang berada disituasi terhimpit ekonomi,imamnya tipis, ilmunya sedikit, kau harus sayangi mereka. Ibu mu ini memang sudah sangat-sangat kotor...jangan kau ikuti, cukup dengarkan apakata tengku dan guru mu,, ingat! Jika kaupunya istri kelak jangan terlalu kau korek masa lalu dia, tapi kau harusmembantu menompang dia untuk masa depan yang lebih bermartabat, atau jika kaubertemu dengan perempuan lemah, jangan kau injak-injak lagi mereka! Andaikata adaperempuan kuat, tak perlu kau kira mereka akan menyaingi mu.. kau harus tahuhanya saja mereka tak ingin ditindas! Kau jaga baik-baik anak perempuanmu,sumpal otak mereka dengan ilmu agama!! Jangan lengah atau kau akan benar-benar menyesal untuk kedua kalinya. Setelah terlahir dari rahimku..."<br /><br />Aku sempat berfikir apa yang terjadi ini bukan murni salah perempuan seperti ibuku, karena sebenarnya laki-laki jauh lebih salah dengan memanfaatkan perempuan sepertiini, tidak seharusnya memang permasalahan pelacuran itu hanya dibebankan pada perempuan, bukan hanya mereka yang seharusnya bertanggung jawab atas penghinaan negeri syariat ini.<br /><br />Kembali aku teringat pada "dara" dipantai kemarin, ada apa dengan dia, mengapa wajah ayunya begitu sembab, sendu, mengapa kakinya terlalu haus berjalan terlalu cepat. Aku memang talk pernah dekat dengan perempuan selain ibuku, tapi ini bukan berartiaku tidak akan mendekati perempuan itu, percayalah aku ikhlas, aku ingin membantunya menghapus sembabnya agar dunia tahu bahwa dia benar-benarmempesona..<br /><br />Aku tahu ibu kubukan tidak bisa keluar dari semua itu, tapi ia memang tak punya penompang yangkuat. Dunia yang gelap bukan dunia yang tak memiliki lampu.Aku sayang ibuku.<br /><br />Aku membayangkan ini semua tidak akan pernah terjadi, seandainya tidak ada mitos permasalahan keperawanan pada perempuan, sedangkan keperjakaan tidak penah dipersoalkan, andai takpernah ada asumsi bahwa perempuan yang sering diluar rumah apalagi malam hari adalah perempuan tak baik, sementara laki-laki tak pernah dipersoalkan.Stigmasi dan diskriminasi. Akupun pasti tak akan penah terlahir dari rahim pelacur. Mungkin ibuku frustasi dengan hal-hal seperti itu. Namun aku tak juga ingin terlalu membenarkan dia, karena memang iman dan taqwa ibuku yang lapuk,rapuh. Disaat dihancur, melacur adalah solusi menurutnya.<br /><br />Dalam hidupku tak akan aku biarkan ada lagi perempuan yang tersiksa seperti ibuku. Aku tahu mereka makhluk lemah, tapi mereka harus tetap sadar bahwa mereka bisa untuk tak membuat diri sehina itu selama mereka punya kemauan yang kuat dan keyakinan bahwa hidup bukan sebatas pelampiasan amara dan nafsu.<br /><br />***<br /><br /> <br /><br />Andai aku bisa berjumpa lagi dengan "dara" itu. Aku harap aku bisa memaafkan ibuku, yang selama ini telah aku peti matikan yang selama hidupku, karena sudah menoreh hikayat menjijikkan dihidupku. Aku tak mengerti perempuan. Yang rela menjual diri demi aku katanya, tapi haruskah ini menjadi jalan terakhir, apakah memang tak ada jalan lain. Benarkah kata-katakoen bak kaye yang han tem timoh, kadang cit tanoh kurueng baja[7], inibukan kemauan dia.<br /><br />***<br /><br /> <br /><br />Senja ini dibawah payung langit,aku tahu banyak sayap-sayap kalian yang patah<br /><br />Lalu hilang arah tuk sekedar menetap diri<br /><br />Bangkai-bangkainya pun terlanjur dikerubungi elang buas penuh birahi<br /><br />Tapi aku tak yakin sebegituburamnya takdir<br /><br />Andai mereka coba sedikit sajamembuka mata<br /><br />Tak biarkan diri dicakar-cakar hingga wajah seolah tak bernyawa lagi<br /><br />Pasti tak ada cahaya yang hilang<br /><br />Tak perlu menangisi kodrat, takperlu mencaci hasrat, tak pelu mendekam diri, kalian harus tahu siapa kalian!!<br /><br />Digenggaman kalian negri ini tegak berdiri<br /><br />Jangan terlalu lemas mengenggam!Karna jika roboh kami dan kita semua akan terjepit<br /><br />Jangan pula terlalu keras kau cengkram, aku takut kau lupa diri dan sewaktu-waktu kau akan lelah dan semuaakan terabaikan dengan sendirinya.<br /><br />Semua bisa jika bersama<br /><br />Dengarkan janjiku duhai kaca yang berdebu<br /><br />Akan aku ajarkan pada mereka cara membersihmu<br /><br />Sangat tolol mereka yang terlalu keras membersihkan, karna kau akan cepat retak<br /><br />Tapi betapa bodohnya lagi disaat mereka terlalu lembut, tak sadar kau akan tergores, kabur, keruh<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Lampulo, 11 Ramadhan1431 H<br /><br />"Kurueng Baja"<br /><br />Meutia Yusuf<br /><br />[1]Keranjang ikan<br /><br />[2]Maksudnya mengambil keuntungan dalam kerugian<br /><br />[3] Tempat pemberhentian ikan, hampir sama dengan pelabuhan.<br /><br />[4] Orang yang berilmu agama, disini adala mereka yang mengajar mengaji<br /><br />[5] Artinya jika sudah maju tidak pantang mundur<br /><br />[6] Tempat belajar ilmu agama, sama seperti pesantren.<br /><br />[7]Kesalahan yang bukan murni disebabkan satu alasanMaulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-5478601520775675552010-09-08T02:06:00.000-07:002010-09-08T02:44:34.308-07:00Cinta Pertama Dan Terakhir<br /><br /><br />sebelumnya tak ada yang mampu<br />mengajakku untuk bertahan<br />di kala sedih<br /><br />sebelumnya ku ikat hatiku<br />hanya untuk aku seorang<br />sekarang kau di sini hilang rasanya <br />semua bimbang tangis kesepian<br /><br /><br />kau buat aku bertanya<br />kau buat aku mencari<br />tentang rasa ini<br />aku tak mengerti<br />akankah sama jadinya<br />bila bukan kamu<br />lalu senyummu menyadarkanku<br />kau cinta pertama dan terakhirku<br /><br />sebelumnya tak mudah bagiku<br />tertawa sendiri di kehidupan<br />yang kelam ini<br /><br />sebelumnya rasanya tak perlu<br />membagi kisahku saat ada yang mengerti<br />sekarang kau di sini hilang rasanya<br />semua bimbang tangis kesepian<br /><br /><br />bila suatu saat kau harus pergi<br />jangan paksa aku tuk cari yang lebih baik<br />karena senyummu menyadarkanku<br />kaulah cinta pertama dan terakhirku<br /><br />...<br />Ini pilihan diatas ketentuan.Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-74496742932808658832010-07-27T06:30:00.000-07:002010-07-27T06:32:30.846-07:00ADA NAMANYA DALAM SURATKU PADA-MU, TUHAN…Aku tak bisa mengelak lagi, ini numenaku<br />Aku memang tidak pernah tahu dimana letak ketinggian iman ku<br />Yang ku tahu hanya ada selembar, lembaran tipis, batasan kesucian dan kehinaan yang masih ku punya, tipis sekali, bak ari diatas air<br />Andai angina berhembus, sayup pun, ia kan retak<br />Dan baur kan segalanya..!!<br /><br />Prahara ini begitu besar, walau ku katakana tak ada masalah dengannya<br />Kenyataannya dia terlanjur memenuhi isi otakku<br />Dan lambat laun paradigma hidupkupun akan berubah<br />Tusukannya tepat menyentuh saraf-saraf bathinku, gerangku menegang..!!<br />Ringkihku disudut ini sungguh menyakitkan!!<br />Aku benar-benar tak dapat fungsikan photoceptor- ku lagi dengan sempurna,,<br />Antara hitam dan putih, nyaris tak ada beda lagi bagi ku, untuknya<br /><br />Andai bulan membuka rahasia imaginasi masalalu ku<br />Dan tabir kisah berabad-abad lalu tentangnya pun tersibak, dia terlanjur ada daripada tercipta..<br />Milyaran kisah tlah mengalir tentanggnya dalam maya ku, hingga akhirnya dia benar-benar Kau cipta,,,<br />Ughhh,,, andaikata bulan pengkhianat rahasiaku,, sungguh aku akan begitu malu untuk ada..<br />Walau sebenarnya aku ingin dia bertanya pada bulan, dan bulan tak perlu berkhianat.<br /><br />Dan hari ini<br />Lihatlah…..!!<br />Sederet gelombang mulai mengusik batinku, mengajakku<br />Lagi-lagi, menuju lorong hatinya..<br />Maafkan budak ini Tuhan, terlanjurku berselingkuh dari-Mu<br />Tuhan, boleh jadi Engkau remukkan tulangku<br />Seandainya ini bukan sambungan rusuknya..<br /><br />Aku tahu andaikata ku meminta, melihat ku saja, mungkin tak pantas kau ijabahkan harap ini, tapii,,,,,<br />Ku mohon, paksakan pengembara cinta itu bertempur diladang ini<br />Meski tak pantas rasanya, <br />Ini benar-benar bukan lagi salah waktu, namun adakah kepantasan untukku berteriak<br /> “AKULAH PATAHAN TULANG RUSUKMU, DUHAI……!”<br /><br />Rabbi,, aku benar-benar lemas sudah, andaikata Kau deretkan orang-orang hina dihadapan Mu, mungkin, tak salah lagi posisiku adalah terdepan <br />Akulah yang menghunus pedang dan menancap Mu dan Rasul-Mu<br /><br />Owh,, ya Rabb,,,,<br />Tubuh ini jauh terhempas sudah, samar adanya dalam alunan <br /> “ALLAHUAKBAR, ALLAHUAKBAR WALILLAH ILHAMD”<br /> “ ANTA YA SALAAM, ANTA YA GHAFUR,,YA ZALJALALI WAL IKRAM”<br />Ada rindu yang tak pantas ada, aku benar-benar tlah terlanjur berhenti dipersimpangan ini, logikaku pun hilang fungsi<br />Aku tak tahu apakah masih ada kelayakan untukku berada berada dilereng bukit diantara ladang kurma merah-Mu<br /><br />Sungguh, kepingan dosa tanpa sadar tlah aku tertawai<br />Andai rasa ini bersayap pada ampunan Mu<br />Antara maghfirah dan makhrifat Mu, aku mohon <br />Izinkan aku Tuhan, agar semua tak sekedar harap, agar jiwanya dapat menggenggam erat bathin ini,,<br />Meski aku terlanjur awal memulai dar garis start,<br />Meski inferior ini begitu besar<br />Ini numenaku<br /><br />Duhai Penglabuh Cinta, maafkan selingkuhan-Mu ini<br />Izinkanlah selingkuhan-Mu ini, mencapai garis akhir dengannya<br />Izinkan akhirnya kelak kami dapat berteduh ditelaga Kaustar-Mu<br />Meski tanpa kata-kata dari ku untuknya, tapi aku punya Engkau, Tuhan..!<br />Layaknya budak yang tak henti memohon, Tuhan,,<br />Jangan larikan aku darinya, dan tak yang lari dan melarikan diri diantara kami,,<br />Karna semua terlanjur terlayut manja, bak sang ayah…<br /><br />Aghr,,,, <br />Aku begitu gamang sudah jadinya,,<br />Ini porsi kebahagiaan jiwaku yang galau<br />Padahal, aku hanya ingin merindukan Tuhanku, disetiap detik hidupku tanpa harus melepaskan dia..<br />Meski tak ada yang pasti apakah dia menggenggan ku<br />Aku memeng tak akan pernah tahu, karna sampai matipun <br /> “ AKU TAK AKAN BERTANYA, AGAR AKU ADA”<br />Hanya akan berandai dia lihai melihat, benda perpanjangan otak dan rasa ku yang berada diluar tengkorakku , mataku.<br /><br />Tuhan,,<br />Sungguhku tak tahu cara, selain pinta terakhirku ini<br /> “…sodorkan hatinya untukku kelak, ketika abad nyata ini tiba dan ketika abad yang layak itu ada, karna ku tak menggharapkan dia untuk hari ini…”<br /><br /><br />14 sya’ban 1431, 02.08 WIB….<br /><br />*akhirnya….Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-63971800699578334252010-07-27T06:26:00.000-07:002010-07-27T06:29:42.892-07:00Cut Nyak Meutia TodayPerlak, 1870. Ini tahun kelahirannya.<br />Terlalu subyektif jika sampai hari ini kita menvonis bahwa perempuan harus selalu berada digaris belakang, harus selalu dilindungi dari berbagai macam keganasan. Padahal seharusnya kewajiban melindungi adalah keharusan semua insan terhadap insan lainnya tanpa harus memandang jenis kelamin apa yang dia miliki demi terwujudnya perdamaian hakiki.<br />Ada sebuah fakta sejarah di Seramoe Mekkah ada seorang ‘srikandi’ yang tak pernah bersedia dihina, apalagi dilecehkan demi bangsa dan agama dia rela menerjang peluru. Perjalanan hidup yang merupakan unsur sadar dan tidak sadar dalam diri setiap manusia tentunya perlahan akan membentuk karakter setiap orang. Begitulah yang terjadi pada diri ‘srikandi’ yang satu ini. Suasana perang dan kekerasan pada masa kelahirannya dan setiap liku pertumbuhan serta perkembangannya telah sangat mempengaruhi kehidupannya.<br />Srikandi ini tidak pernah mau tunduk terhadap colonial, oleh sebab itu ia dan suaminya berjuang mati-matian dengan menciptakan berbagai taktik untuk menghantam gaphe-gaphe Belanda pada saat itu. Meskipun tanpa senjata lengkap namun semangat jihad fisabilillah telah membutakan hati mereka untuk tidak hidup belama-lama dalam keterhinaan.<br />Hidup dengan penuh tekanan dan penyiksaan tak pernah sedikitpun membuat peluh rasa menyerah menetes dibenak mereka, walau hingga akhirnya ia harus kehilangan suami tercintanya yang terjebak dalam perangkap hingga akhirnya ditembaki oleh para kolonila. Ia tetap tegar dan terus berjuang dengan seorang yang pernah ditunjuk oleh suaminya untuk menggantikannya ketika ia harus pergi terlebih dahulu. Perjuangan merekapun semakin mendapat tekanan yang sangat parah. Hingga akhirnya dalam sebuah pertempuran di Paya Ciecem, suami keduanya pun meninggal. Dalam pertempuran ini banyak masyarakat yang putus asa dan akhirnya menyerahkan diri, tapi ‘srikandi’ ini tidak pernah putus asa apalagi menyerahkan diri. Demi bangsa dan agama ia tetap terus berusaha meloloskan diri berserta seorang bayi laki-lakinya.<br />Dialah ‘srikandi’ anggun dari Perlak, Cut Nyak Meutia. Keteguhan hati dan kepintarannya menciptakan taktik perang selalu membuat para kolonial gerah. Sampai akhirnya ia pun dikepung dan tanpa rasa prikemanusiaan perempuan ini ditembaki beramai-ramai oleh kolonial, akhirnya berbutir-butir peluru bersarang ditubuhnya. Srikandi penerjang peluru.<br />Cut Nyak Meutia adalah representasi dari perempuan-perempuan Aceh yang heroik dan tangguh mempertahankan martabat agama dan bangsa. Tidak pernal mengenal ketidakberdayaan, karna darah mereka adalah perpaduan kejayaan dan kebebasan untuk hidup.<br />Sudah jelas pada dasarnya identitas perempuan Aceh yakni perempuan yang anggun, tegar, kuat, dan tidak cengeng. Maka sudah sudah sepatutnyalah ‘srikandi-srikandi’ sekarang sadar siapa mereka sebenarnya.<br />Mengenang Cut Nyak Meutia sebenarnya bukan hanya menbayangkan romantika perperangan fisik antara perempuan Aceh dan kolonial, namun juga perjuangan mempertahankan cinta sucinya dengan Teuku Muhammad atau yang lebih dikenal dengan Teuku Cik Tunoeng. Ini merupakan bukti bahwa perempuan Aceh sudah dari dulu merupakan sosok yang bebas menentukan hidupnya. Awalnya memang Cut Nyak ini sejak kecil sudah dijodohkan oleh orang tuannya, tapi akhirnya ia lebih memilih Teuku Muhammad, pemuda yang dicintainya, untuk menjadi pendamping hidupnya.<br />Perjuangannya demi bangsa dan agama serta ketenguhan terhadap cintanya ini pun tidak pernah luput dari cobaan, karena pernikahan pertamanya ini tidak bertahan lama dan begitu juga dengan pernikahan keduanya. Tapi ia tidak pernah pasrah begitu saja terhadap takdir. Karna dia sadar bahwa kualitas kesabaran seseorang itu tergantung bangaimana ia berusaha melawan takdir menuju martabat yang lebih baik.<br />Pertanyaannya hari ini adalah akankah ada duplikat Cut Nyak hari ini?<br />Sepanjang perjalanan hidupnya dihabiskan untuk belajar, mengaji, dan berjuang demi terangkatnya martabat keimanan. Menikah dengan ridha Allah, berjuang dengan jiwa seorang ibu yang tak pernah gentar melawan si “mata biru” meski darah birunya bertabur peluru. Serta tak pernah rela dilecehka oleh kafir laknatillah. Mungkin sangat ironis dengan keadaan sekarang banyak ‘srikandi’ yang berlomba-lomba meperlecehkan dirinya dengan perbuatan-perbuatan yang jauh dari norma-norma agama dan budaya.<br />Memang sampai kapanpun sejarah tidak akan berulang sama seperti yang pernah terjadi. Namun impossible is nothing, disaat kita berani bermimpi. Karna tolak ukur kapasitas kita adalah disaat ada keberanian untuk bermimpi dan berusaha mewujudkan kembali gemilang masa lalu ini, dan semua ini bukan hanya menjadi hal yang utopis disaat para ‘srikandi’ sadar bahwa dunia menanti perannya.<br />Apa yang terjadi pada hari ini memang merupakan sebuah fonomena bahwa bukan saatnya lagi srikandi-srikandi Aceh bersembunyi dibalik tempurung, karna sejarah indatu telah mengukir anggun tentang sosok Cut Nyak Meutia dan ‘srikandi’ lainnya yang tak pernah apatis terhadap keadaan sekitarnya.<br />Bukan suatu hal yang mustahil sosok cut Nyak Meutia kembali hadir dizaman modern dan kontemporer saat ini, asalkan ada kemauan yang besar pada para perempuan hari ini dan esok untuk terus berusaha meningkatkan SDM, salah satunya dalam hal penyetaraan ilmu pengertahuan. Mengingat saat ini tidak ada lagi batasan-batasan untuk menikmati ilmu pengetahuan, semua orang berkesempatan dan berhak mendapatkan pendidikan yang sama. Namun tetap dalam dalam tutunan yang layak dan wajar dalam rentetan yang normative, artinya tidak melawan etika-etika relegius dan kodrati.<br />Oleh karena itu suatu keharusan kesempatan untuk berkembang atau istilahya mengejar karier bagi perempuan tidak terbentur dengan nilai-nliai persamaan prinsip (tingkat status) dengan laki-laki. Harus ada kontrol yang sesuai dengan aturan agama agar tidak ada kebablasan sikap yang seolah perempuan bisa hidup tanpa laki-laki. Istilah ‘gender’ pada hari ini terkadang menjadi sumber wacana yang tak jarang menjadi sumber malapetaka hingga tersulut bara api bagi perempuan untuk mendapatkan sebuah target yang tak pantas, seperti kenyataan pada hari ini ada pos-pos yang tidak mungkin dicapai oleh perempuan.<br />Tapi semua ini tetap tidak akan pernah menutup ladang kemungkinan bagi perempuan untuk menabur spirit kemajuan dan mendukung perkembangan bangsa seperti Cut Nyak Meutia yang memiliki andil besar untuk membangun peradabaan dan tak pernah sedetikpun membiarkan martabatnya dilecehkan oleh siapapun. Sudah saatnya para perempuan hari ini berfikir bahwa dia ada dan sadar bahwa dunia menanti kehadiran peran dan ketegarannya. Wallahu’alam…Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4523284317675093903.post-74833329706258425442010-05-08T21:21:00.001-07:002010-05-08T21:29:44.568-07:00tuing tuingMau bernafas tentunya perlu alat nya, hidong, ya kan?<br />gt jg dgn kepercayaan,,<br />mw dapat kepercayaan lg?? tentunya perlu BUKTI!<br />Profesional, itu kunci smw!!<br />pembenaran? itu bukan solusi! kalau emang gx bisa, blg terus dari awal. Kita bertugas bukan berhubungan dengan Galah tapi dgn jarum! runcing, menusuk!<br />Sekali aja gak masok, publik angkat suara, menusuk? pasti.<br />Hidup adalah pilihan.Pilihan tuk meninggalkan atau Ditinggalkan!<br /><br />Maulidar, Hari ini kamu 1 jam lebihtelat! itu bukan rekor yg membanggakan tuk didengar!!<br /><br />bisa profesional atau enggak sich sbnrnya???Maulidar Yusuf Atjehhttp://www.blogger.com/profile/12598011961959845224noreply@blogger.com0