22.15

"Miniatur Nuh” refleksi Tsunami, 26 Desember 2004, Antara azab dan ujian)

"Miniatur Nuh” kata guruku (refleksi Tsunami, 26 Desember 2004, Antara azab dan ujian)

Ingatkah kau kawan?

Tentang romantika berabad-abad silam, ada cinta disana, ada luka disana, ada lara disana



Saat bahtera akan berlayar, ada cinta terpaksa dipangkas



Bukan karna terlalu panjang, namun karna Tuhan tak ridha



“selamat tinggal sayang…."



"Aku tetap harus berlayar tanpa kalian” kata Nuh penuh derai air mata



“kering sudah air dimulutku mengiba, kini terpaksa ku harus ikhlaskan, air dari Tuhanku menjemput mu sayang, kalaupun aku harus menangis. Aku berharap tetesan –tetesan ini tak akan menambah arus gelombang yang akan menyelimuti malam dan hari terakhir kalian, istriku, anakku,,, terlambat sudah,,” rintih Nuh.



Terpaksa Nuh mengiba, dan mengadu pada Tuhannya

“Ya,,, Tuhanku, Dan sesungguhnya setiap kali menyeru mereka untuk beriman agar Engkau mengampunin mereka, namun mereka memasukkan anak jari mereka ketelinganya, dan menutup bajunya ke wajah mereka dan tetap mengingkari dan menyombongkan diri. (Q.S Nuh :7)…………….”



“Tuhanku,, berbagai cara telah ku lakukan, tapi mereak tetap tak mau membuka sedikit mata hati mereka, terhadap Engkau yang menciptakan langit yang berlapis-lapis, lalu menurunkan hujan yang tak hanya dari langitpun Engkau mampu. Mereka lupa duhai Tuhanku, tak cukup titah penghambaan dariku pada mereka untuk-Mu,, kalam-Mu tak cukup untuk mereka sadar, Engkaulah yang harus disembah…!! Mereka sepertinya butuh azab_mu”



“ selalu ku berkata,,,mohon ampun pada Tuhan-mu, sungguh, Dia Maha Pengampun, jika tidak niscaya Dia akan menurunkan hujan lebat dari langit kepadamu,(Q. S. Nuh 10-11)”



“ Ya Tuhan-ku, sesungguhnya mereka durhaka kepadaku.(Q.S . Nuh:21)”



Bahtera itu pun akhirnya berlayar, berhari-hari, berminggu-minggu…





Lihatlah kawan, apa ini??!

Saudaraku, Lihatlah,,



Ini bukan sekedara kayu lapuk, tuha, bahkan kau kira tah berharga.

Ini bukan sekedar pajangan yang kau tonton, bukan sekedar pajangan yang kau masukkan kedalam pigura-pigura perak.



Tapi buka mata hatimu,,



Untuk sepersekian waktu saja kembali kemasa lalu.. ini mungkin sepersekian dari bahtera Nuh masa silam!!



Ini bahtera Nuh,,,!!



Ini miniature bahtera Nuh…



Meski tak seutuhnya persis..

Tapi kau harus tahu, Tuhan murka!



Ketamakan, keserakahan, kemunafikan, kebohongan, angkuh meraja dibumi Nya,, saban hari, saban waktu angkara semakin tajam menyibak taring!! Tanpa belas kasihan,,, Tanpa malu,. Terus bersetubuh bersama nurani

Saatnya menginjak,,! Saatnya memangkas…!!



Seolah itu titah alam yang tertulis didinding-dinding jagat ini, kabur sudah nurani, kabur bersama kejayaan..



72 bulan berlalu,,



Terhadap ikan-ikan yang menggelempar, terjemur tanpa tuan, dedaunan merenggang, pasir-pasir mengangga, dan mayat-mayat berhamburan dari berbagai penjuru, hingga lelah Izrail mencabut nyawa untuk setiap detik seribu nyawa, hingga tak sempat Izrail menata urut siapa pertama yang yang harus berada pada urut pertama kematian.



Semua terlalu cepat, tapi kita tahu Izrail bukan malaikat bodoh



Dia tahu, lidah mana dalam setengah detik seribu nyawa yang masi basah dengan Asma-Nya,.

Dia tahu, tuhan-tuhan apa yang kita sembah setiap waktu, dia tahu apa yang pantas untuk kita





6 Tahun, tak cukup untuk kita mencari puing-puing nurani,,

Diantara puing-puing tsunami yang saban hari mulai tertata lagi,,



Atau memang air bah, lumpur belerang itu tak cukup untuk menjadi peringatan agar kita utuh merajut jala toleran tanpa anarkis, tanpa tiran-tiran



Atau memang tangis di gubuk-gubuk tua itu adalah nyanyian untuk kita, agar semakin nyenyak terlelap dalam

mimpi diatas bantal sutra bersulam emas sulaman cacing diperut mereka,, setiap hari, setiap waktu…



Haruskan kita tunggu, miniature-miniatur Nuh lain tercipta untuk sebuah perubahan, untuk memberi sedikit makan

cacing diperut mereka



Haruskan tsunami datang lagi, menghibur kita, agar ada goresan damai sehari diatas kertas(lagi)





Lampulo, 26 Desember 2010









0 komentar: