21.40

“Perempuan Pengusung Peradaban Untuk Bangsa”.

“Perempuan Pengusung Peradaban Untuk Bangsa”.
Oleh: Maulidar Yusuf

Sejak zaman Rasulullah, masalah yang dihadapi kaum perempuan telah mendapat perhatian besar. Prinsip Islam yang mengutamakan keadilan dan kesetaraan ummat manusian, memberikan dorongan kuat bagi perempuan untuk mendapatkan hak-hak yang telah digariskan oleh Allah, disamping kewajiban yang harus dilaksanakan.
Dengan mengikuti petunjuk Allah, Nabi Muhammad telah membibing ummat Islam untuk memuliakan perempuan. Norma ideal tentang kesetaraan perempuan dengan laki-laki, dan bagaimana seharusnya relasi antara keduanya, serta kewajiban mereka terhadap Tuhan dan sesame manusia, telah diajarkan oleh Allah, sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an.

Namun dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan kesenjangan antara norma ideal yang seharusnya dilaksanakan, dengan sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh budaya maupun pemahaman agama yang patriarkis. Dampaknya terlihat jelas pada pandangan dan sikap yang menempatkan perempuan sebagai makhluk yang lemah, tidak penting (subordinat) dan sekedar pelayanan atau pemuas nafsu laki-laki. Pandangan dan sikap yang merendahkan harkat dan martabat kaum perempuan telah berlangsung sejak zaman sebelum islam datang dan masi berkembang sampai pada masa sesudahnya. Bahkan hal ini sering berlanjut menjadi penidasan-penindasan.

Banyak sekali kasus yang kita temui dewasa ini yang merugikan perempuan, disamping kesadaran dari kaum perempuan sendiri yang minim, bahwa mereka sebenarnya mampu menjadi lebih baik dari apa yang sering berkembang dan telah membudaya dilingkungannya, termasuk didalamnya hegemoni laki-laki. Padahal dalam Islam sendiri perempuan selalu didorong untuk berfikir dan bersikap kritis. Sehingga paradigm budaya “fisik” yang unggul pada masa jahilyah, bisa bergantu dengan budaya “akal” yang mengedepankan rasio dan moralitas. Perempuan berhak bersikap kritis, mempertanyakan berbagai persoalan yang bertentangan dengan hak-hak dan moralitas, serta menggugat apa-apa yang dipandang bersebrangan dengan prinsip kesetaraan dan keadilan.

Oleh karena kemampuan yang sama tersebut, meski memiliki perbedaan, perbedaan tersebut bukan hal yang harus diperdebatkan, namun haruslah disingkapi dengan arif dan bijak, karena permasalahan perempuan hari ini, bukan sekedar hak dan fungsi saja, tapi juga peran. Bangkitnya sebuah peradabaan suatu bangsa sangat bergantung kepada peran perempuan. Hal ini bisa kita lihat bagaimana perubahan-perubahan yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan dimasa lalu.

Telah ada ketetapan dari dulu hingga sekarang peran perempuan memang tidak terbatas dalam ruang domestic semata, perempuan bisa lebih dari itu, selama masih dalam koridor normative dan tidak melawan kodratnya.

Terciptanya atau terwujudnya peradaban yang baik adalah cermin dari pembagian peran yang benar terhadap setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Termasuk terciptanya pendidikan yang baikpun tidak terlepas dari pengaruh budaya, ekonomi, social, serta politik suatu wilayah. Hal ini juga sangat bergantung pada peran institusi mikro, seperti keluarga, maupun makro, seperi Negara, yang selalu memiliki benang merah diantara keduanya.

Oleh karena itu penulis ingin sedikit memaparkan tentang betapa pentinggnya peran perempuan dalam menciptakan sebuah peradaban, serta pengaruh-pengaruh yang telah diciptakan oleh tokoh-tok perempuan, yang seharusnya menjadi acuan kepada setiap perempuan hari ini untuk berani bergerak dan serius menjalankan perannya, baik perannya kepada Tuhannya, keluargan, dan masyarakat.

Islam dan Peran Perempuan
Tuhan menciptakan manusia dengan dibekali kekuatan akal serta diiringi kesucian wahyu untuk mencapai kesempurnaan. Di alam ‘azali manusiapun berikrar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi. Manusia bersedia mengemban amanat suci langit untuk menebarkan kebaikan serta mencegah kemungkaran di dunia. Sebuah amanat yang tak sanggup diemban oleh makhluk mana pun. Maka, manusia memiliki konsekuensi untuk membangun diri serta lingkungannya, baik pada lingkup keluarga maupun masyarakat secara luas.

Demikian halnya dengan perempuan sebagai salah satu misdaq manusia, tak dapat lepas dari amanat tersebut. Perempuan, sebagaimana laki-laki memiliki tanggung jawab terhadap diri dan masyarakatnya. Dari sinilah, muncul ada tiga peran utama yang dimiliki oleh perempuan. Pertama, peran yang terkait dengan kehidupan individu, yaitu hubungan transendental manusia dengan Tuhannya. Kedua, peran perempuan dalam kehidupan keluarga baik sebagai istri maupun ibu dari anak-anaknya. Ketiga, peran perempuan di masyarakat.

Peran terakhir ini, memunculkan dua tesis berseberangan. Di satu sisi, ada sebagian kelompok yang sama sekali menolak keterlibatan perempuan di ranah publik. Kekhawatiran yang kerap kali dimunculkan adalah terjadinya fitnah serta kekacauan peran. Di sisi lain, tak sedikit kalangan yang memberikan kebebasan seluas-luasnya untuk terjun di masyarakat tanpa adanya pembatasan. Pendapat ini muncul sebagai reaksi terhadap kelompok pertama. Padahal sampai hari ini banyak sekali kita lihat peran perempuan yang sangat berpengruh pada perubahan-perubahan yang berguna untuk masyarakat luas.

“Tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dari sisi kemanusiaan. Karena perempuan sebagaimana laki-laki memiliki hak yang sama dalam menentukan masa depannya. Adapun perbedaan yang ada di antara keduanya, tidak mengurangi sisi kemanusiaan itu sendiri”.

a. Peran perempuan dalam bidang
b. Peran perempuan sebagai seorang sosok ibu dan proses pendidikan

Islam memandang posisi perempuan sebagai posisi yang paliag penting dalam rumah tangga dan masyarakat sebagai upaya pembentukan generasi islam,Rasulullah SAW,menempatkan posisi ibu yang utama bagi anak-anaknya ,sebagaimana sabdanya yang artinya:
“Abu Huraira berkata:Datanglah seseorang kepada Nabi SAW. Dan bertanya :siapakah yang berhak akan layani dengan sebaik-baiknya? Jawab Nabi SAW :Ibumu. Kemudian siapa /jawab Nabi :Ibumu .Kemudian siapa ? Jawab Nabi :Ibu mu .Lalu siapa lagi ? Jawbab Nabi :Ayahmu.”(Muttafaakun”alaihi).

Seorang ahli pendidikan,Abdullah Nashih Ulwan mengungkapkan,ibu merupakan sekolah. Barang siapa menyiapkannya, ia telah menyiapkan bangsa yang berbibit dan berakar kokoh. Maksudnya bahwa seorang ibu merupakan pendidikan yang mempunyai posisi penting dalam keluarga, terutama sekali kalau dilihat pada saat proses anak berada dalam kandunagan ibu selama Sembilan bulan dan proses menyusui anak setelah melahirkan, mengindikasi bahwa masa awal kehidupan anak di dunia, punya kedekatan yang kuat pada sosok ib. Zakiyah Daradjat dalam bukunya“Kesehatan Mental dalam Keluarga”mengatakan sebagai berikut :

“Karena orang yang dikenal pertama anak adalah ibunya.Dan ibu itulah yang memberikan pengalaman pertama kepada si anak, apakah pengalaman dilihat didengar atau dilihat ,di dengar atau dirasakannya pada tahun-tahun pertama dari umurnya akan merupakan unsur penting dalam membina kepribadiannya.Jika pengalaman tersebut menyenangkan dan baik pertumbuhan anak, maka unsur positif dan baiklah yang akan memenuhipribadi anak yang tumbuh. Tetapi jika pengalaman tidak menyenangkan dan tidak baik yang dirasakan anak dari ibunya waktu ia kecil, maka unsur negativ dan kurang baiklah yang akan mewarnai pribadi anak yang tumbuh itu”.

Untuk mendapatkan generasa yang handak, maka dimulai dari pendidiknya haruslah seorang yang handal pula.Jadi seorang ibu yang handal, haruslah membekali diri dengan keteguhan iman dan berilahmu pengetahuan yang tinggi. Karena di zaman sekarang ini begitu banyak tantangan dan pengaruh-pengaruh yang dihadapi seorang anak.Oleh karena itu, ibu harus memulai dangan mengajarkan anak-anaknya tentang dasar-dasar keimanann dari sejak kecil untuk membantu mereka menjadi manusia yang saleh, kuat imannya dan memiliki pemahaman yang benar tentang agama dan menjadi anggota umat islam yang menyaruh kebaikan dan mencegah ke



Pendidikan dan Perempuan
Pendidikan merupakan usaha pembinaan keterampilan menggunakan pengetahuan atau pengajaran (the art of imparting or acquiring knowledge and habit through instructional as study) yang mencakup aspek jasmani, akal, dan rohani.

Secara historis, perintah menuntut ilmu dalam islam tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin (pria atau perempuan). Al Qur’an member kesempatan untuk beramal kebajikan kepada semua dan Allah akan memberikan balasan sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Dalam pandangan Allah derajat setiap manusia sebagai seorang hamba adalah sama, yang membedakannya hanyalah kadar iman dan ketakwaannya. Secara konseptual jelas bahwa yang membedakan manusia sesame manusia hanyalah kemampuan mereka mengaplikasi ilmu yang telah dianugerahkan oleh Tuhan untuk manusia, karena manusia diberi kelebihan akal pikiran sehingga dengan akal manusia dapat membedakan yang mana baik dan yang mana buruk, dengan akal pula manusia berbeda dengan binatang. Oleh sebab itu pendidikan semestinya berpegang pada tataran konseptual yang benar sehingga pada tataran aplikasinya tidak keliru. Karena kekeliruan itulah yang sering mengakibatkan permasalahan dalam dunia pendidikan itu sendiri.

Pada masa awal perjuangan Islam perempuan memiliki intergritas yang tinggi sebagai seorang yang cerdas . Kecerdasan perempuan pada masa lalu terbukti dalam catatan sejarah seperti saidah Aisyah selaku isteri Rasulullah SAW yang banyak menghafal hadis sampai hari ini tetap dinilai memiliki otoritas yang tinggi.

Secara historis, pada periode awal perjuangan penegakan ajaran islam perempuan diberikan kedudukan tinggi dalam mengakses informasi dari Rasulullah Saw, walaupun pendidikan berpusat dirumah, denagan menggunakan system halaqah. Artinya semua pendekatan yang dinereikan oleh Rasulullah semua bertujuan menjelaskan al-quran kepada sahabat termasuk kaunm perempuan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami behwa peluang yang ada tidak disia-sia kan oleh perempuan untuk memperdalam ilmu agama islam dengan berbagai cara, oleh karena itu perempuan seharusnya tidak lengah terhadap kesempatan-kesempatan yang terbuka luas untuk menuntut ilmu.

Modal perempuan sangat besar untuk menjadi manusia yang super dalam mekanisme penciptaan imajinasi kreatif. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan perempuan lebih peka terhadap masalah. Ia menjadi cepat dewasa. Namun, struktur sosial yang patriarkal kadang membuat imajinasinya terbatas dalam wilayah kuasa sistem patriarki.

Oleh karena itu

0 komentar: