21.34

Titah Hakim Langit

Inilah lembar-lembar disaat kemuraman menjadi teman
Bukan permasalahan takdir,m maupun keadilan Tuhan
Namun adakah Tuhan menjadikan kehidupan sebagai beban untuk manusia?
Lantas untuk apa Tuhan menciptakan manusia?
Jika hidangan beban, siksaan, anianya menjadi hidangan untuk mereka

Inilah detik-detik mulut tak perlu menggangga dan gantikan dengan merantai mata hati
Meskipun tahu “Tuhan tak akan merubah satu kaumpun jika mereka tidak ingin berusaha merubahnya sendiri”
Malah benarkan semua tingkah, jika kita tejebak dalam arus ketidak adilan Tuhan
Terasa terasing, sayup-sayup terdengar “ Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kau dustakan?”

Inilah desah-desah terkrisis, yang menati pahatan senja menuju peraduan
Celaka, celaka, dan kemudian celaka
Sebuah titah dari Hakim Langit, tak ada yang kuasa menolak
Lalu tiba saat tak berdaya dalam luka yang terus berputar, harus benarkan bahwa tak akan pernah ada bintang tunggangan yang telungkup, itulah kesabaran, tak akan punya batas.
“Sekali-kali Allah tidak mengaruniakan nikmat kepada seseorang hamba, kemudian Dia tarik nikmat itu dan Dia gantikan dengan kesabaran, kecuali Allah gantikan dengan yang lebih baik dari apa yang telah ia cabut darinya”
Ternyata………….
Dalam lembaran ini hanya ada dua pilihan, tetap merangkak lalu berdiri berlari hingga akhirnya terbang atau berhenti disini tanpa arti.

*Dulu kau yang telah membuatku terbangun, mengapa harus sekarang kau jatuhkan aku...................................

0 komentar: